Cara Menghadapi Polusi di Jakarta

Berikut tips Cara Menghadapi Polusi di Jakarta dan untuk membantu memperbaiki kualitas udara serta mencegah rusaknya lingkungan agar tak semakin parah

Cara Menghadapi Polusi di Jakarta


Cara Menghadapi Polusi di Jakarta

Dalam dua pekan terakhir, Jakarta telah beberapa kali menduduki peringkat pertama sebagai kota dengan polusi udara terburuk di dunia berdasarkan data IQAir dan berdasarkan data pada situs IQAir pada Minggu (03/09) pukul 14.46 WIB, kualitas udara di Jakarta mencapai 162 AQI (Indeks Kualitas Udara). 

Pegiat lingkungan dan warga khawatir kondisi udara di Jakarta akan secara perlahan semakin parah.

Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian LHK, Luckmi Purwandari, mengatakan bahwa kualitas udara Jakarta di bulan Mei, Juni, Juli, Agustus setiap tahunnya lebih buruk dibanding bulan-bulan lainnya.

“Hal ini terjadi karena adanya pengaruh siklus musim. Pada bulan April sampai September adalah musim kemarau dimana bertiup angin timur yang kondisinya kering serta membawa debu dan partikel lebih banyak," kata Luckmi kepada BBC Indonesia pada Rabu (07/06).

Tak dapat dihindari dengan segera, masyarakat perlu tahu peran dan langkah sederhana mengurangi emisi berbahaya di udara. Belakangan, diberlakukan penerapan kebijakan bekerja di kantor (work from office/WFO) sebanyak 50 persen dan sisanya di rumah (work from home/WFH) bagi ASN.

Demi kondisi polusi agar terus berkurang, berikut ini  cara untuk membantu memperbaiki kualitas udara melansir dari situs AQI.in pada Minggu (03/09/2023):

1). Penggunaan transportasi publik

Transportasi publik menawarkan banyak keuntungan bagi masyarakat. Sebagai alternatif ramah kantong, pilihan ini akan membantu dalam menghemat uang. Selain itu, transportasi umum juga dapat mengurangi emisi yang dilepas ke udara secara keseluruhan dampak dari berkurangnya kendaraan yang melaju di jalanan. Hal ini juga membantu dalam penguraian kemacetan panjang di jalan raya (Liputan 6.com).

2). Daur ulang dan Menghindari pengunaan plastik

Kedua aktivitas ini tak sekedar menghemat sumber daya yang ada tetapi juga mampu mengurangi emisi polusi udara. Tak hanya itu,  Fakta bahwa plastik merupakan bahan berbahaya bagi lingkungan karena membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai rasanya sudah tidak asing lagi. Namun, imbauan untuk tak lagi memanfaatkan kantong plastik seperti kresek harus terus dilakukan. Pilihan alternatif lainnya adalah kantong kertas yang lebih mudah terurai dan dapat didaur ulang.

3). Mengurangi aktivitas pembakaran dan asap

Kegiatan membakar sampah, daun kering, bahkan hutan adalah salah satu faktor besar penyebab polusi udara terlebih jika dilakukan di musim kemarau. Tak hanya pembakaran barang berukuran besar, hal yang kecil saja termasuk rokok ternyata berkontribusi dalam memburuknya kualitas udara karena asap yang dihasilkan.

4). Mengurangi pengunaan AC

Air Conditioner atau biasa di singkat AC membutuhkan banyak energi dan mengeluarkan banyak panas untuk dapat beroperasi dengan baik. Hal ini jelas berdampak buruk bagi lingkungan. Sedangkan, Kipas angin membutuhkan lebih sedikit daya untuk bekerja dibanding AC sehingga dinilai lebih ramah lingkungan.

5). Penghijauan 

Lalu hal selanjutnya yang dapat dilakukan adalah menanam dan menumbuhkan pohon. Kegiatan ini memberikan dampak positif bagi kesehatan lingkungan dan produksi oksigen di Jakarta yang sekarang ini makin memburuk hari demi hari.


Polusi udara juga bisa berdampak buruk bagi kesehatan dan juga lingkungan


Polusi udara juga bisa berdampak buruk bagi kesehatan dan juga lingkungan. Jika kualitas udara tidak baik, maka udara yang kita hirup mengandung berbagai zat berbahaya yang terkomtaminasi dalam oksigen.

Berikut adalah berbagai isu kesehatan yang akan muncul jika kita selalu menghirup udara yang tidak bersih akibat polusi udara, antara lain:

1. Gangguan Pernafasan

Kandungan partikel berbahaya yang terkandung dalam oksigen yang terpolusi bisa menaikkan risiko bagi orang yang memiliki ganggua pernafasan seperti asma dan lain-lain. Zat-zat berbahaya yang ikut terhirup juga bisa meningkatkan risiko kanker paru-paru.

Dampak pencemaran ini tentu akan lebih buruk ketika seseorang memiliki riwayat penyakit paru-paru. Zat-zat berbahaya akan terus menumpuk dan menyebabkan penyakit yang lebih kronis.

2. Gangguan Jantung

Emisi asap kendaraan bermotor disinyalir menjadi penyumbang terbesar polusi udara di Jakarta. Dalam asap kendaraan bermotor tersebut, terkandung zat-zat berbahaya sisa proses bahan bakar mesin, semacam karbon hitam monoksida dan nitrogen oksida yang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.

3. Menghambat Tumbuh Kembang Anak

Bagi anak-anak yang sedang tumbuh, paparan polusi udara berdampak lebih membahayakan. Semakin sering terpapar, akan mengganggu perkembangan paru-paru dan organ dalam lainnya. Akibatnya, saat dewasa paru-paru tidak bisa berfungsi secara sempurna.

Selain itu, paparan polusi ini juga sangat beresiko pada janin dan bayi. Ibu hamil dan menyusui yang sering terpapar polusi akan meningkatkan risiko kelahiran bayi dengan berat badan rendah dan yang paling buruk adalah menyebabkan kematian bayi.


----

Penulis: Meutia Azizah Mahasiswi STEI SEBI

Posting Komentar

No Spam, Please.