Flight Risk (2025) Terjebak di Pesawat Kecil Bersama Pembunuh Gila

Terjebak di pesawat bersama pembunuh? Review Film Flight Risk (2025), film aksi terbaru Mel Gibson, Mark Wahlberg yang tegang dan penuh kejutan seru
Flight Risk (2025) Terjebak di Pesawat Kecil Bersama Pembunuh Gila

Apa jadinya kalau kamu terjebak di pesawat kecil bersama pembunuh sadis dan gila, saksi kasus mafia, dan hanya kamu satu-satunya orang waras di situ?

Ya, kurang lebih begitulah gambaran Film Flight Risk (2025), film thriller terbaru garapan Mel Gibson. Tapi tunggu, jangan langsung berharap ini film aksi yang penuh letupan dan ledakan. 

Sebaliknya, film ini justru seperti perjalanan turbulence emosional — kadang menegangkan, kadang malah bikin geleng-geleng karena kelucuannya yang tidak disengaja.

Film ini rilis di Amerika pada 24 Januari 2025, dengan durasi 91 menit. Sebuah film thriller-petualangan yang mengandalkan tiga karakter inti dan satu lokasi utama: sebuah pesawat kecil di langit Alaska.

Drama 3 Penumpang

Michelle Dockery (ya, si Lady Mary dari Downton Abbey) berperan sebagai Marshal Madolyn, petugas US Marshal yang sedang mengawal saksi negara bernama Winston, diperankan oleh Topher Grace (yang masih tampil dengan gaya 'That 70s Show'-nya: nyebelin tapi lucu). 

Nah, si pilot mereka yang awalnya terlihat ramah ternyata bukan orang sembarangan. Ia adalah Mark Wahlberg dalam mode "psychotic but cheerful", memerankan Daryl Booth — pembunuh bayaran yang menyamar jadi pilot.

Plotnya sederhana tapi efektif: saat pesawat kecil itu mengudara melewati pegunungan bersalju Alaska, Marshal Madolyn mulai menyadari bahwa mereka tidak sedang menuju pengadilan, tapi mungkin ke kuburan. Daryl si pilot ternyata punya misi membunuh saksi sebelum ia buka suara di pengadilan. 

Sayangnya buat Daryl, dia salah pilih Marshal. Madolyn bukan tipikal karakter cewek panik — dia bisa berantem, mikir cepat, dan akhirnya berhasil melumpuhkan si pilot. Tapi masalah baru muncul: pesawat mereka masih terbang, dan tidak ada yang bisa menerbangkannya.

Mel Gibson, yang terakhir kali menyutradarai Hacksaw Ridge (2016), kembali dengan gaya yang lebih minimalis. Kali ini ia memilih ruang sempit — satu pesawat, tiga aktor, dan konflik intens. 

Flight Risk sebenarnya terasa seperti film-film thriller 90-an: hemat lokasi, fokus karakter, dan twist sederhana. Tapi ada yang terasa timpang — nada film ini campur aduk. 

Di satu sisi ingin jadi thriller psikologis yang tegang, tapi di sisi lain muncul dialog absurd seperti “Winnie, did you make a poop?” dari mulut Mark Wahlberg yang sedang kehilangan akal sehat.

Mark Wahlberg: Gila Tapi Bikin Kangen

Mark Wahlberg: Gila Tapi Bikin Kangen

Di sini, Wahlberg tampil beda. Dia bukan pahlawan seperti biasanya. Kali ini, dia jadi penjahat flamboyan yang super nyebelin tapi juga nyaris menghibur. 

Dengan rambut palsu, ekspresi over-the-top, dan dialog aneh, dia berhasil mencuri perhatian — meski nggak semua bagian terasa mulus. Dia tampak menikmati perannya, seperti anak kecil yang akhirnya boleh main jadi orang jahat.

Topher Grace? Ya… dia masih jadi dirinya sendiri: cerewet dan menjengkelkan, sedikit menggemaskan. Tapi seiring cerita berjalan, karakternya mulai tumbuh dan lebih simpatik. 

Sementara Michelle Dockery berhasil menjadi jangkar emosional film ini. Meski karakternya nggak seekstrim dua lainnya, ia berhasil tampil stabil dan kuat — seperti orang waras satu-satunya di pesta ulang tahun badut kacau.

Apakah Ini Film Aksi yang Spektakuler?

Jangan terlalu berharap.
Kalau kamu berharap ledakan atau koreografi laga seperti John Wick, kamu bakal kecewa. 
Sebagian besar film ini hanya terjadi di dalam kabin pesawat kecil
Bahkan suara pesawat pun nyaris tak terdengar — aneh, tapi bisa dimaklumi sebagai produk film low-budget. CGI-nya nggak terlalu kentara, dan karena ruangnya sempit, fokus utama jadi performa aktor.

Film ini menyajikan dinamika menarik: kekuasaan, kecemasan, dan kepercayaan. Marshal Madolyn yang mencoba mengendalikan situasi tanpa pengalaman menerbangkan pesawat, Winston yang paranoid, dan si Daryl yang walau terikat masih terus memanipulasi psikologis keduanya. 

Film ini bisa dibaca sebagai metafora tentang bagaimana seseorang bertahan di tengah ketidakpastian — baik secara harfiah maupun batin.

Flight Risk (2025) Terjebak di Pesawat Kecil Bersama Pembunuh Gila

Apakah Film Worth it?

Cocok buat kamu yang suka film singkat tapi menggigit.
Durasinya hanya 91 menit, pas untuk tontonan malam minggu santai. Buat remaja yang ingin tahu rasa film thriller tanpa perlu kebanyakan darah, ini pilihan ringan. 

Buat penonton dewasa, mungkin terasa seperti nostalgia akan film-film sejenis seperti Non-Stop (2014) atau Red Eye (2005) — tapi versi hematnya.

Namun ada beberapa catatan: dialognya kadang terlalu dipaksakan, monolog terlalu dramatis, dan chemistry antarkarakter belum maksimal. Ini membuat ketegangan kadang buyar karena humor yang “maksa”. Tapi ya… dalam suasana bioskop yang sering diisi film panjang dan serius, film ringan seperti ini tetap terasa menyenangkan.

Kontemplasi di Kursi Penumpang

Flight Risk bukan film yang akan kamu ingat seumur hidup, tapi ia seperti tumpangan ojek online yang datang tepat waktu saat hujan — sederhana, tidak sempurna, tapi menyelamatkan hari kamu.

Film ini mengajarkan bahwa dalam ruang sempit dan situasi gawat, psikologi manusia bisa berubah jadi senjata paling tajam. Kita belajar bahwa siapa pun bisa jadi berbahaya — bahkan pilot dengan senyum ramah. Dan kadang, kekuatan mental justru muncul ketika semua kontrol hilang.

Kalau kamu cari film yang bisa dinikmati tanpa mikir berat, dengan sedikit ketegangan, sedikit tawa, dan akting Mark Wahlberg yang "gila", Flight Risk adalah film yang layak kamu coba — meski cuma lewat streaming.

Sudah nonton Flight Risk? Siapa yang menurutmu paling nyebelin — pilotnya, saksinya, atau malah naskahnya?

🎬✈️


Posting Komentar

No Spam, Please.