Review Film “The Prosecutor” (2024): Gara-Gara Pinjam Alamat Masuk Penjara

Antara Ruang Sidang dan Dunia Gelap
Gimana jadinya kalau niat bantu kakek malah berujung 27 tahun penjara?
Film The Prosecutor (誤判) garapan Donnie Yen ini ngangkat kisah nyata yang bikin kita mikir dua kali sebelum minjemin alamat ke orang.
Ceritanya dimulai dari Fok Chi Ho (diperankan langsung sama Donnie Yen), mantan detektif polisi yang kecewa karena penjahat yang dia tangkep malah bebas mulu di pengadilan. Akhirnya, dia banting stir jadi jaksa setelah 7 tahun kuliah hukum.
Kasus pertamanya? Ma Ka-kit, pemuda polos dari keluarga miskin yang nekat minjemin alamat ke temen demi bantu bayar utang kakeknya. Kirain dapet duit gampang, eh ternyata paket yang dia terima dari Brazil isinya kokain!
Yang bikin tambah parah, pengacara gratis yang harusnya bantuin malah ngejebak dia buat ngaku bersalah demi hukuman lebih ringan. Tapi justru pengakuan bersalah itu bikin Ma dihukum 27 tahun penjara.
Kakeknya? Shock dan berupaya semaksimal mungkin mencari cara membebaskan cucunya hingga akhirnya meninggal karena dibunuh mafia narkoba. Di sinilah hati nurani Fok Chi Ho terpanggil buat nyelametin Ma Ka-kit dan ngebongkar jaringan mafia hukum dan narkoba.
Perjuangan Fok Chi Ho: Bukan Jaksa Kaleng-Kaleng!
Kita biasa liat Donnie Yen berantem di film aksi. Tapi kali ini? Dia beneran berantem pake pasal, logika, dan hati nurani di ruang sidang. Awalnya Fok Chi Ho taat aturan, tapi setelah tahu kalau Ma dijebak, dia mulai nabrak batas demi keadilan.
Ada satu momen kerennya pas dia debat sama hakim:
“Kita di sini bukan cuma buat ngejar hukuman, tapi buat cari siapa yang bener-bener salah!”
Waduh, ini kalimatnya bikin bulu kuduk merinding! Fok bahkan harus ngumpulin bukti sendiri, ngebujuk saksi, sampe adu jotos di kereta demi bawa saksi kunci ke pengadilan. Bahkan pada awalnya dia rela dikucilkan dari lingkungan kerjanya sendiri. Ini bukan sekadar film hukum, ini perjuangan moral.
Pertanyaannya: kalau lo jadi Fok, sanggup gak lawan sistem yang udah busuk demi satu orang yang bukan siapa-siapa, bukan orang penting dan tidak dianggap?
Ma Ka-kit: Kepolosan yang Jadi Tiket Masuk Penjara
Satu lagi tokoh yang nyentuh banget: Ma Ka-kit. Dia cuma pemuda lugu yang pengen bantu kakeknya membayar utang pinjol, eh bukan deng. Pas temennya minta tolong pake alamat rumah buat terima paket dan dapat duit, dia mikir "yaelah cuma nerima paket doang, cincai lah." Eh ternyata yang dateng itu paket narkoba yang sudah diketahui dan pantau aparat!
Sialnya, dia dapet pengacara jahat yang kerjasama sama sindikat narkoba. Disuruh ngaku bersalah, dijanjiin hukuman ringan, malah kena bui 27 tahun. Parahnya lagi, pas dia mau ganti pengakuan karena tahu dijebak, malah ditindas sampai kakeknya dibunuh dengan kejam.
Ceritanya bikin kita mikir, banyak anak muda sekarang pengen uang instan tapi nggak mikir risikonya. Nih ya, sekali lo minjemin alamat atau KTP buat yang "katanya bisnis online" atau "cuma paket biasa", ujungnya bisa kayak Ma Ka-kit: masuk bui, keluarga hancur, masa depan kelar.
Mafia Hukum dan Plot Twist yang Bikin Melek
Siapa sangka jaringan mafia narkoba ini diatur kayak perusahaan startup?
Ada yang tugasnya cari orang miskin buat minjemin alamat, ada juga yang pura-pura jadi pengacara gratisan tapi kerja buat mafia.
Yang paling mengejutkan? Ternyata si Chan, temennya Ma yang minjem alamat itu, adalah adik kandung dari bos pemilik restoran tempat Ma kerja. Restorannya? Ternyata kedok markas mafia narkoba.
Satu-satunya yang bisa ngebongkar semua ini? Fok Chi Ho dan tekadnya yang nggak bisa dibeli. Di akhir film, setelah duel maut di kereta MTR (Mass Transit Railway), meski babak belur dia sukses bawa Chan ke pengadilan dan menyelamatkan nasib Ma Ka-kit.
Gokilnya lagi, musuh-musuh yang tadinya “di atas angin” malah saling bunuh karena takut ketahuan. Ini bukan cuma film tentang hukum, tapi juga soal loyalitas, pengkhianatan, dan pertaruhan nyawa.
Oh iya, di film ini nggak cuma soal hukum dan narkoba. Ada nilai nasionalisme yang nyentil keras:
Kalau sistem keadilan rusak, jangan biarin itu terus terjadi. Berani jujur itu keren, walau berisiko.
Fok Chi Ho bisa aja cuek, toh dia adalah jaksa bukan pengacara pembela tersangka. Tapi dia sadar: kalau semua orang diem aja, keadilan nggak bakal pernah datang. Dia berani lawan sistem sampai bikin hakim dan rekan jaksanya kesal, demi satu pemuda miskin yang bahkan gak punya siapa-siapa lagi selain mendiang kakeknya.
Pesannya jelas banget buat kita semua:
“Jangan asal percaya. Jangan gampang tergiur uang cepat. Dan jangan pernah kasih alamat atau KTP ke orang, bahkan temen sendiri, tanpa tahu jelas buat apa.”

Jangan Pernah Minjemin Identitas, Sekalipun Katanya “Cuma Paket”
The Prosecutor bukan sekadar film laga atau drama hukum. Ini adalah cerita tentang keberanian, integritas, dan kesempatan memulihkan nama baik. Fok Chi Ho membuktikan bahwa seorang individu bisa menantang sistem yang rusak, dan Ma Ka-kit jadi pelajaran pahit bahwa satu keputusan bodoh bisa menghancurkan segalanya.
Kalau kamu pernah diminta:
“Bro, pinjem alamat atau KTP dong, buat paket kecil doang kok…”
Ingat baik-baik kisah Ma Ka-kit. Jangan sampai hidup lo berubah jadi film thriller berdurasi 27 tahun di balik jeruji.
Rating: 8.5/10
Buat yang suka aksi, drama, dan pesan moral kuat dan film ini wajib ditonton.
Kalau lo pengen nonton film yang bukan cuma seru tapi juga ngajarin arti tanggung jawab dan keberanian, The Prosecutor jawabannya. Tapi habis nonton, janji ya... jangan gampang minjemin identitas ke orang!
Kejadian di Indonesia
Apa yang digambarkan dalam film ini sudah terjadi di Indonesia, kisah nyata yang menimpa seorang pria asal Bekasi, UY, yang tanpa tahu apa-apa, justru menjadi sasaran penyelidikan karena alamat di KTP-nya digunakan sebagai tujuan pengiriman narkoba. Pelaku utamanya, AN—teman dekat UY—meminjam KTP dengan dalih urusan pribadi, padahal digunakan untuk mengelabui petugas dan menerima paket mencurigakan dari Mumbai, India.
Paket itu sempat tertahan di Bea Cukai Kantor Pos Pasar Baru pada 28 Desember 2012 karena menimbulkan kecurigaan. Setelah dibongkar, isinya mengejutkan: sabu seberat lebih dari satu kilogram yang disembunyikan dalam aksesori alat tulis.
Petugas Bea Cukai melaporkan hal tersebut ke BNN yang kemudian bergerak cepat ke alamat tujuan yang tertera di paket. Namun, yang muncul sebagai penerima adalah AN, lengkap dengan KTP UY di tangannya. Ia mengaku sudah mendapat izin dari UY untuk mengambil kiriman tersebut, padahal UY tidak tahu apa-apa tentang paket narkoba itu.
Momen ini menggambarkan betapa licinnya pelaku dan betapa rawannya penyalahgunaan identitas. Untungnya, realitas seperti dalam film, petugas Badan Narkotika Nasional membekuk AN si pelaku yang menyamar atau memanfaatkan identitas UY, dari proses penyelidikan UY terbukti tidak terlibat, kalau tidak... sepertinya nasib UY akan lain ceritanya.
Kasus ini menjadi pengingat kuat, seperti pesan moral yang ditegaskan film ini, agar masyarakat tidak sembarangan meminjamkan kartu identitas atau memimjamkan alamat, karena bisa jadi itu adalah awal dari bencana hukum yang tidak kita duga.