Selingkuh

Pada akhirnya, terbukti siapa yang selingkuh yaa.." kata Rusli sambil tertawa kecil. Aku ikut tersenyum simpul.
Selingkuh

"Lho, kita 'kan gak pesen ini Mbak. Salah nih." Seruku pada pramusaji saat kudapati beberapa makanan dan minuman diantar ke meja tempatku duduk. 

"Oh, ini dari bapak yang di sana itu bunda," ungkap sang pramusaji sambil menunjuk dua sosok yang duduk di dekat rimbunan Pohon Akasia di sudut kafe tenda.
Seorang lelaki paruh baya melambaikan tangan padaku, sambil tersenyum dari kejauhan. Sempat terkejut sesaat ku melihat lagi sosoknya setelah sekian lama. Dan senyumnya telah berubah, tidak seperti 5 tahun lalu sebelum negara api menyerang.... 
Aku melambaikan tangan, "Makasih yaaaa.... " Seruku. Di tengah keterkejutan, aku masih tak segan memberinya kesan bahwa aku masih secablak dulu. 

Lelaki itu menyahut, "Sama-sama. Gw duluan yaaa..." 

Ia lalu menuntun sepeda tandemnya yang diparkir di belakang deretan kursi yang terletak di samping rimbunan Pohon Akasia itu. Seorang perempuan berjilbab panjang menggendong bocah lucu berjilbab merah muda. Dia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya yang mengenakan helm sepeda ke arahku sebelum duduk manis di sepedanya. Aku mengangkat daguku membalas senyumannya. 

Dan perempuan itu memang bukan sahabatku. 

---------------------

Namanya Rusli. Usia sekitar 50-an tahun. Pekerja keras. Aku bersahabat dengan istrinya, tepatnya mantan istrinya, sangat dekat. Sebelum kutahu perempuan tak tahu malu itu memporakporandakan persahabatanku dengannya. 

5 tahun lalu Rusli sempat membenciku, mengeluarkan kata-kata tajam yang diarahkan padaku setelah berulang kali bertanya tentang keberadaan istrinya padaku dan tak mendapatkan jawaban yang memuaskan hasrat keingintahuannya. 

"Sumpah gw gak tau di mana Santi." 

"Tapi dia 'kan sering jalan ama elu, Al." 

"Iya, tapi temen dia bukan cuma gw, Rus. Terakhir jalan ama gw dua pekan lalu. Itu juga cuma ambil titipan dari Palembang di rumah teman," ucapku geram.

Rusli menarik nafas berat, " Udah dua hari dia gak pulang, Al... " 

Aku tercekat. Ludah di tenggorokanku mendadak begitu susah ku telan. Orang lain bisa jadi menilai aku dan Santi begitu dekat, seolah aku adalah bayangannya, di mana ada Santi, di situ ada Alya. Padahal aslinya tidak begitu, Santi masih terlalu banyak berahasia denganku, terlebih sejak kenal seorang pria di sosial media. 

Ntah telah berapa kali Santi membuat janji dengan seseorang tanpa aku ketahui saat pamitnya pergi denganku, tapi di jalan dia membiarkanku pulang sendiri. Sedangkan dia ntah ke mana... 

"Sumpah gw gak tau, Rus... " kataku kelu. 

Dan memang aku jarang sekali kontak dengan Santi. 
 
"Yang bener aja lu, San. Apa maksud lu tinggal di kontrakan? Kontrakan siapa? Ngapain lu segala pake ngontrak? Emang rumah lu kenapa?" berondongku. Sementara yang kutanya cuma senyum-senyum santai sambil menyeruput orange juicenya dengan tenang. 

"Kayak nenek-nenek aja lu. Bawel," ucapnya cengar cengir, "Gw lagi males aja ketemu mulu ama Rusli."

Cuma  itu ??? 

Dan mengalirlah cerita-cerita buruk tentang Rusli yang meluncur dari Santi, istri yang 23 tahun dinikahinya dan memberinya 4 anak. Semua serba kekurangan yang untuk beberapa hal ku rasa agak kurang masuk akal dan di luar nalar. Entah karena sesama perempuan atau entah karena kelihaian Santi untuk meyakinkan, aku percaya saja. Sempat jijik aku dengan Rusli, termakan drama dari Santi. 

--------------

"Gw bakal aduin ke laki lu, Al. Kalo elu udah selingkuh sama si Manaf," ancam Rusli tajam ke arahku. 

Aku ketawa sinis,"Mabok lu, Rus? Minumnya kemaren maboknya baru sekarang?!" Ujarku tak kalah tajam. "Bini lu yang gak beres lu salahin bini orang." 

Sebelumnya Manaf berkabar, kalau Rusli sempat menginterogasinya tentang hubunganku dengannya dan dengan istrinya. "Lelaki kurang waras," kataku waktu itu menanggapi aduan Manaf. 

Dan selang dua tahun berikutnya, ku dengar kabar Rusli dan Santi bercerai. Santi tak memberi kabar resmi padaku setelah permintaannya untuk menjadi saksi di pengadilan kutolak mentah-mentah. 

------------------------

Selingkuh

"Heii... Makasih traktirannya yaa tempo hari." Kataku menghampiri Rusli dan bocah lucu berjilbab hijau dengan hiasan Kupu-kupu. 

"Ahh, jajan doang." Rusli tersenyum. "Oh iyaa, kenalin ini Karina." Ungkap Rusli mengenalkan perempuan manis berjilbab Coklat Susu yang terlihat telaten menyuapi si bocah imut itu. 

"Karina.. Assalamualaikum ummu." Ucapnya ramah. 

"Waalaikum salam, Alya," ucapku kikuk sambil menjabat tangan perempuan itu. 

"Gw punya utang maaf ama elu, Al. Gw harap elu mau maafin gw yaa. Udah ngomong yang gak pantes ama elu," ungkap Rusli. 

"Gw juga banyak salah ama elu Rus," jawab gw. 

Senja itu berlalu menyisakan rasa hangat yang dalam jiwaku setelah semua bongkahan kecewa itu sirna dari hatimu seiring kisah Rusli yang mengalir bersama angin. 

Karina dinikahi Rusli tiga tahun lalu, dua tahun setelah resmi bercerai dari Santi dan dikaruniai Khalila dua tahun setelahnya. Jadi salah besar cerita Santi kalau penyebab perceraian mereka adalah karena Rusli berselingkuh. 

"Gw udah tobat, Al. Dan gw yakin elu gak kepikiran perempuan kayak Karina mau jadi selingkuhan gw kan?" terawang Rusli. 

Aku tak menjawab, kupandangi lekat-lekat bocah lucu yang berlarian ke sana ke mari itu dengan riang. Dan kehadiran Khalila adalah jawaban pasti bahwa cerita Santi yang mengatakan kalau Rusli laki-laki tak normal juga hanya isapan jempol Santi belaka demi bisa bercerai dengan lelaki itu. 

Dan Karina, aahh, wajah manis lagi teduh dan suara lembutnya adalah anugrah indah Tuhan untuk Rusli atas hinaan dan beribu fitnah yang sempat mengotori sepenggal kisah hidupnya bersama perempuan bernama Santi. 

"Maafin Santi juga, yaa Al. Mungkin dia udah banyak nyusahin dan nyakitin elu," ucap Rusli, bening. 

Dan begitulah Tuhan membuat indah jiwa-jiwa yang telah melalui segala kesulitan dengan bersabar.

"Kagaklah Rus. Gw juga salah," ujarku. 

"Pada akhirnya, terbukti siapa yang selingkuh yaa.." kata Rusli sambil tertawa kecil. 

Aku ikut tersenyum simpul. 

Suara dedaunan tertiup angin sore melagukan kisah yang terlupakan, menyapu segala cerita tentang sakit dan kenangan yang menyesakkan. Biarlah semua larut dalam kembara jiwa masing-masing pelaku panggung sandiwara sang sutradara yang maha. 


#end

18 Januari 2022
Mak Sri 

Posting Komentar

No Spam, Please.