Senyum Riang Al Bocah Pantai Sederhana Muaragembong

Senyum Riang Al Bocah Pantai Sederhana Muaragembong. Semoga senyum riangmu tak berkurang. Bahkan syukurmu akan jadi syukur yang kian membesar, Amiin
Senyum Riang Al Bocah Pantai Sederhana Muaragembong


Ini Al, bocah kecil salah satu cucu Mak Parmiah. Usianya sekitar 5 tahun. Sejak setahun terakhir, Al resmi tak berayah. Bukan wafat, tapi gak ada. 

Awal bertemu 24 Desember 2021 lalu, Al selalu murung, tidak tampak keceriaan sebagaimana umumnya anak-anak seusianya. Tempat tinggalnya langganan banjir, tiada tempat dan teman untuk bermain. Bisa kalian liat di foto Al berkaos merah. 

Sejak ramai kabar dari kampung (mereka menyebut para tetangga yang berjarak 12 menit perjalanan itu sebagai orang-orang kampung, karena emang mereka yang bersunyi sendirian) kalau ada yang sedang membuatkan bedeng untuk mereka, Al dengan rajin menengoknya setiap hari. Mengamati dari jauh, lalu kembali ke rumahnya dengan menumpang perahu para nelayan yang hendak melaut, esoknya dia begitu lagi. Begitu terus sampai 10 hari. 

Saat bedeng sudah hampir jadi, sudah dipasang atap dan lantai, Al yang sibuk mengajak nenek dan Teh Ayu, sang ibu untuk meninggalkan kediamannya yang selalu terendam di pelosok Desa Pantai Sederhana Muaragembong.

Nenek merayu, "Nanti nunggu ibu datang," begitu kata nenek. Setengah tak percaya, beliau tak mau ia terlalu berharap karena takut kecewa. Tapi sang cucu sudah segitu yakin. 

Senyum Riang Al Bocah Pantai Sederhana Muaragembong


Senin tanggal 10 Januari lalu, sejak pagi Al (berkaos oren) sudah standby di bedeng. Sambil menunggu kami, Al riang bermain bersama dengan teman-teman kampungnya. 

Seru, ceria, tentu saja. Dan ini yang mengharukan, Al dengan bangga memamerkan "kamar" dan kasurnya yang baru saat dilihatnya sang nenek dan ibunya telah sampai. 

"Mak, tidur di sini Mak," ucapnya riang, berlarian dari bilik satu ke bilik lainnya sambil menggiring ibu, adik dan neneknya. Bilik yang telah digelari karpet, kasur dan ditutup sprei lengkap dengan bantal. Lalu ia berbaring, mengangkat tangan di atas bantal dan mengangkat satu kakinya laksana seorang boss besar tidur di atas ranjang mewah berharga ratusan juta. Ahhh, Al 😢

Senyum Riang Al Bocah Pantai Sederhana Muaragembong

Terbayang betapa bocah pesisir itu begitu rindu dengan suasana rumah yang normal. Kering, bisa tidur di atas alas yang sekadar empuk, lalu terlelap dalam mimpi indah tentang masa depan. 

Untuk bangun keesokan paginya, menikmati pemandangan sungai dengan hilir mudik perahu nelayan yang berlalu lalang, dan mendapati kedua kakinya tak harus berendam lumpur yang selama ini menjadi lantai gubuk neneknya. 

Maafkan yaa Al. Hanya ini yang kami punya. Semoga senyum riangmu tak berkurang. Bahkan syukurmu akan jadi syukur yang kian membesar di masa depan. Aamiin. 
#ceritamaks
#ceritarelawan

Penulis: Sri Suharni Maks 
Rabu, 12 Januari 2022



Posting Komentar

No Spam, Please.