Belajar Mengenal Kampung Dari Festival Kali Piket

Mengenal kampung pada akhirnya adalah bagian dari mengenal diri sendiri, karena kampung adalah bagian dari identitas diri
Belajar Mengenal Kampung Dari Festival Kali Piket
Novita Anggraini - Penggiat Ngopi Jakarta (NGOJAK)
Sudah lama juga saya tidak mendengar kicauan narablog "Pemain Kata". Terakhir ketemu sih belum lama saat ada kegiatan di SD Alam Anak Soleh di Tarumajaya, tapi gak sempat ngobrol banyak. Sehari sebelumnya saya dapat kabar kalau "si penyusur jalan dan sungai" ini akan hadir dalam acara Persamuhan Penggerak Kampung yang dirangkai dengan acara Festival Kali Piket Ke-2. Sedikit tentang Festival Kali Piket Pertama bisa baca di sini --> Kampung Inspirasi Peradaban.

Saya paham sepak terjangnya di pergerakan literasi, tapi saya gak merasa pasti soal motivasi apa yang menariknya hingga jauh-jauh dari Cileungsi, menerobos risiko banjir dan jalan berlumpur ke Sekolah Alam Prasasti di Kampung Piket Desa Sukatenang Kecamatan Sukawangi Kabupaten Bekasi ini.

Tapi pertanyaan saya terjawab saat tanpa persiapan ia didaulat untuk berbicara. Setelah sedikit perkenalan yang ringan to the point ia menanyakan; mengapa kali di depan sekolah itu dinamai Kali Piket?

Perempuan yang saya kenal sejak 2014 ini bukan orang asing bagi Bang Komar, Bang Syamsuri dan Bang Agustian, kami sudah sering bertemu sebelumnya dalam kegiatan-kegiatan literasi yang berhubungan dengan buku dan berbagai kegiatan sosial. Baik saat ia menjabat sebagai pengelola Rumah Baca HOS Tjokroaminoto di Kampung Bogor Setia Asih di Tarumajaya ataupun saat dia menjabat sebagai ketua komunitas Satu Juta Buku (SAJUBU).

Dalam jejaring pertemanan, kita mungkin memiliki teman yang mengoleksi perangko, penyuka barang-barang antik, Novita Anggraini ini penyuka sungai atau kali. Bukan cuma kalinya, ia tidak segan datang untuk mengambil sampel air sungai yang ia temui, mewawancarai siapapun yang ia rasa memenuhi kriteria untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya.


Asal Usul Nama Kali Piket


Pertanyaan mengenai asal usul nama Kali Piket yang melekat pada Kampung Piket ini dijawab oleh Bang Komar bahwa kata "Piket" pada nama Kampung dan Kali Piket berasal dari kata "Piteket". Piteket yang dimaksud adalah semacam dokumen resmi kerajaan yang biasanya berisikan batas-batas kewilayahan, pembebasan pajak wilayah tertentu dan semacamnya. Demikian asal usul nama Kampung Piket versi Bang Komar.

Jawaban versi lain tentang asal usul nama Kampung Piket dan Kali Piket juga disampaikan Kadus Acib dengan pengertian Piket sebagaimana pemahaman kita saat ini yaitu "tugas jaga" yang dikaitkan dengan jadwal piket pada masa penjajahan Belanda/VOC. Tentunya versi lain juga ada, perbedaan versi ini menurut saya sah-sah saja untuk memperkaya wawasan dan lahirnya diskusi lebih jauh dengan argumen dan dasar masing-masing.

Mengenai "Piteket" ditemukan ada yang berbentuk lempeng tembaga yang ditemukan di kampung Kebantenan - Jatiasih - Bekasi, Jawa Barat sehingga disebut sebagai Piteket Kebantenan atau Prasasti Kebantenan. 

Piteket ini beraksara dan berbahasa Sunda Kuno tanpa mencantumkan unsur pertanggalan, kronologi terhadap Prasasti Kebantenan ini didasarkan kepada jenis dan gaya aksara yang disebut analisis paleografis, juga nama raja yang disebutkannya dalam prasasti tersebut, maka dapat diketahui bahwa prasasti Kebantenan dikeluarkan oleh Sri Baduga Maharajadhiraja yang memerintah di Pakwan Pajajaran (1482-1521 AD). Kini Piteket Kebantenan tersebut disimpan di Museum Nasional (Jakarta) dengan nomor inventaris E.1, E2, E.3, E.4, dan E.5.

Belajar Mengenal Kampung Dari Festival Kali Piket
Siswa Sekolah Alam Prasasti di Stand Pameran Lukisan Kampung Festival Kali Piket 2

Dari jawaban itulah Novi yang akrab disapa Kanop atau Nopang ini menjelaskan kepada murid-murid Sekolah Alam Prasasti dan para hadirin pentingnya mengenal kampung sendiri, baik mencoba mengenal dari sisi sejarah, budaya, kearifan lokal, kebiasaan-kebiasaan atau adat perilaku dan lain sebagainya.

Mengenal kampung pada akhirnya adalah bagian dari mengenal diri sendiri, karena kampung adalah bagian dari identitas diri. Pendeknya: "kampung saya adalah bagian dari identitas saya." Rasa percaya diri lahir dari pengenalan diri dan pemahaman identitas kita seutuhnya. Tanpa itu maka sikap minder, kurang percaya diri akan membuat kita sibuk mencari identitas semu dan mudah tertipu dengan identitas palsu.

Kemudian Novi menggambarkan dua kutub magnet sebagai perumpamaan dua kutub pembawa perubahan. Kutub Pemerintah dengan seluruh aparatnya dan di kutub lain adalah kita sebagai masyarakat. Kedua kutub itu idealnya seimbang agar ada keharmonisan antara pemerintah dengan masyarakatnya. Kedua kutub itu idealnya tidak saling memusuhi tapi saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. 


GOTONG ROYONG


Dalam pandangan saya, untuk mencapai hal yang ideal dan  harmonis seperti itu masyarakat harus memiliki "bargaining power" yang baik, nilai tawar yang mampu mereview kebijakan-kebijakan pembangunan pemerintah terkait kampungnya. 

Itulah pentingnya acara seperti Persamuhan Penggerak Kampung ini dilaksanakan, dengan mengundang banyak narasumber sebagai pemantik ide dan inspirasi, mengenai pelaksanaan aksi atau eksekutornya adalah tetap masyarakat kampung itu sendiri.

Tentunya untuk meningkatkan "Bargaining Power" atau kekuatan masyarakat itu tidak mudah, karena itu setiap penggerak kampung seharusnya sadar bahwa masyarakat Indonesia memiliki senjata yang paling utama dalam menghadapi segala tantangan, yaitu gotong royong

Nilai gotong royong itu pasti ada, bagaimana menggairahkan dan mengobarkan semangat gotong royong itulah diperlukan para penggerak kampung, aktivis kampung yang mengarahkan perubahan positif di kampungnya masing-masing. 

Mudah-mudahan bersambung ke catatan dari pemateri lainnya. :)

Soal pentingnya nama kampung --> Apalah Arti Sebuah Nama (Kampung)




2 komentar

  1. Mengenal kampung adalah mengenal diri sendiri, dan membentuk karakter. Keren Om.

    1. Ya karena kampung atau lingkungan di mana kita tumbuh adalah pembentuk karakter kita, jadi memang sebagian identitas kita yah kampung kita sendiri :)

      trims dah mampir
No Spam, Please.