

Saya masih ingat betul, sekitar tahun 2008, saat pertama kali mendengar suara Emi Fujita. Waktu itu, seorang teman merekomendasikan album “Camomile Best Audio” yang katanya cocok diputar sebagai pengantar tidur.
Awalnya saya ragu. Saya pikir, paling-paling hanya musik biasa. Tapi begitu lagu pertama mengalun, saya seperti dibawa terbang ke tempat yang damai, jauh dari hiruk-pikuk dunia.
Begitulah kesan pertama saya pada Emi Fujita—penyanyi asal Jepang yang lahir di Kiyose, Tokyo, pada 15 Mei 1963. Suaranya lembut, nyaris berbisik, tapi justru itulah yang membuatnya istimewa.
Ada kehangatan dan ketulusan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Tidak butuh teriakan atau nada tinggi untuk membuat hati tersentuh.
Cukup dengan suaranya yang jernih dan alunan gitar akustik yang sederhana, Emi Fujita mampu menyentuh sisi terdalam jiwa siapa pun yang mendengarkan.
Perjalanan Karier: Dari Le Couple ke Solo
Sebelum dikenal sebagai penyanyi solo, Emi Fujita memulai karier musiknya bersama mantan suaminya, Ryuji Fujita, dalam duo Le Couple pada tahun 1994.
Bagi penikmat lagu-lagu Jepang era 90-an, nama Le Couple tentu tidak asing. Lagu mereka yang berjudul “Hidamari no Uta” (陽だまりの詩) menjadi fenomena besar setelah menjadi soundtrack drama “Under One Roof 2”. Lagu itu manis, sederhana, tapi penuh makna—seperti lagu-lagu yang kelak akan dibawakan Emi dalam karier solonya.
Setelah Le Couple bubar, Emi tak berhenti berkarya. Justru inilah awal dari babak baru dalam hidupnya. Tahun 2001, ia merilis album solo pertamanya bertajuk “Camomile”, yang berisi lagu-lagu cover dengan sentuhan akustik yang sangat tenang dan mendamaikan.
Camomile: Simbol Musik yang Menenangkan
Bagi banyak penggemar, termasuk saya, seri album “Camomile” adalah karya terbaik Emi Fujita. Lagu-lagu seperti “Fields of Gold”, “Desperado”, atau “Today” bukan hanya sekadar cover, tapi dibawakan dengan jiwa dan interpretasi yang berbeda.
Setiap nada, setiap lirik, seolah ditiupkan kehidupan baru oleh suara lembutnya.
Sepanjang kariernya, Emi telah melahirkan beberapa album yang semuanya layak dijadikan koleksi, antara lain:
-
Camomile (2001)
-
Camomile Blend (2003)
-
Rembrandt Sky (2005)
-
Camomile Classics (2006)
-
Camomile Best Audio (2007)
-
Kokoro no Shokutaku (2008)
-
Camomile Smile (2010)
-
Camomile Plus (2012)
-
Kokoro no Jikan (2018)
Setiap album ini seperti sepucuk surat yang dikirim ke hati para pendengarnya. Bukan lagu yang menggebu-gebu, bukan juga musik yang memancing tarian, tapi justru itulah daya tariknya.
Musik Emi Fujita adalah musik untuk merenung, untuk menenangkan diri, untuk mengobati lelah setelah hari yang panjang.
Kenangan Pribadi dan Pengalaman Musik
Bagi saya pribadi, album Camomile Best Audio punya tempat khusus. Banyak malam-malam panjang saya lewati dengan suara Emi Fujita sebagai teman setia.
Kadang saat pikiran ruwet, kadang saat hati galau tanpa alasan, atau bahkan ketika sekadar ingin menulis dengan suasana hening. Suaranya seperti pelukan hangat di tengah dingin.
Lagu-lagunya juga membawa saya mengenal kembali beberapa lagu lawas barat yang sebelumnya tak terlalu saya perhatikan.
Versi Emi Fujita justru membuat lagu-lagu itu terasa lebih personal dan dekat. Inilah keistimewaannya—menghidupkan kembali lagu-lagu lama dengan rasa baru yang tak kalah indah.
Lebih dari Sekadar Penyanyi Cover
Banyak yang mengenal Emi Fujita sebagai penyanyi cover, namun sesungguhnya ia lebih dari itu.
Ia adalah seniman yang mampu mengubah lagu biasa menjadi pengalaman batin yang mendalam. Beberapa lagunya juga merupakan karya orisinil yang tak kalah menyentuh.
Ia juga merilis single seperti:
-
Yumemiru Asa (2001)
-
Rainbow Bridge (2007)
Tak hanya itu, dalam beberapa tahun terakhir, Emi Fujita tetap aktif meski tidak terlalu sering muncul di media mainstream.
Ia lebih memilih panggung-panggung kecil, konser intim, dan interaksi hangat dengan penggemar.
Melalui akun Facebook resminya di Emi Fujita Facebook, ia masih berbagi kabar dan menyapa penggemarnya dengan rendah hati.
Mengapa Harus Mendengarkan Emi Fujita?
Bagi siapa pun yang sedang mencari ketenangan, butuh teman saat menulis, belajar, atau sekadar ingin melepas lelah, saya sangat merekomendasikan musik Emi Fujita.
Dengarkan satu dua lagu, dan Anda akan tahu apa yang saya maksud.
Bukan hanya saya, banyak penggemar di seluruh dunia yang menemukan kedamaian melalui suaranya. Musik Emi Fujita tak lekang oleh waktu.
Meski sudah berlalu dua dekade sejak debutnya, keindahan lagunya tetap abadi.
Saat dunia terasa berat dan bising, kadang yang kita butuhkan hanyalah sesuatu yang sederhana: suara lembut, petikan gitar pelan, dan lirik yang menyentuh hati.
Dan itulah yang selalu ditawarkan oleh Emi Fujita.