Pantai Pasir Putih dan Hati yang Terluka

biarlah kenangan bahagia di pantai pasir putih malam itu yang menemaniku, karena kesendirian telah menjadi pilihan hidupku, sekarang ataupun nanti
Pasir Putih dan Hati yang Terluka

Andra

Perkenalanku dengan lelaki yang bernama Andra terjadi tanpa sengaja, hanya karena salah sambung di telepon dan terus berlanjut hingga kini.

Aku menikmati hubunganku dengan Andra seperti air yang mengalir, tanpa dibumbui dengan janji-janji surga yang manis dan memuakkan. 

Sama seperti hubungan yang lainnya, pasti ada pertengkaran kecil atau sedikit beda pendapat, tapi itu bukan masalah bagi kami, karena kami sudah berkomitmen untuk saling mencintai, percaya dan mengerti, walau belum mengarah ke tujuan yang pasti.

Andra tidak tampan tapi cukup gentle untuk ukuran laki-laki executive jaman sekarang yang kadang menjadikan perempuan hanya untuk penghibur resah hatinya dan penyegar lelah tubuhnya, itulah yang menyebabkan aku enggan untuk berlama-lama jauh dari dirinya.

Hingga suatu hari saat kami sedang menikmati makan malam di pinggir Pantai Indrayanti yang beralaskan pasir putih, Andra menyatakan keinginannya yang entah sudah berapa hitungan bulan dipendam dalam hatinya.

"Hanny, will you be my wife?" Aku terbelalak tidak percaya dengan apa yang telah diucapkannya.
"Norak kamu ah! Ngapain sih nanya itu segala!"

Aku menatap mata Andra dan mencari sebersit gurauan di sana, tapi tidak kutemui dan memang sepertinya Andra serius dengan ucapannya.

"Memang kenapa Han? Aku serius dengan ucapanku!" Suara Andra sedikit meninggi.
"Mas...", Aku masih menatap matanya agar Andra yakin akan jawabanku.
"Aku belum siap. Mengertilah" Entah kenapa belum terlintas sedikitpun di diriku untuk menjadi istri Andra.
Padahal aku yakin Andra tidak akan pernah mengecewakan jika menjadi suamiku.

Andra hanya tersenyum pahit. Aku tahu Andra pasti kecewa dengan jawabanku, tapi itulah Andra yang tidak pernah mau memaksakan kehendaknya jika aku sudah menyatakan tidak mau.

Malam makin tenggelam kelam, kecupan Andra di keningku yang akhirnya mencairkan suasana yang sempat bisu dalam pikiran masing-masing. Kecupan itu pula yang menandakan Andra sangat mengerti dan menerima keputusanku.

---000---

Mimpi Indah

Bertahun cepat berlalu hubunganku dengan Andra makin menampakkan jejak yang pasti, hingga malam ini di tempat yang sama seperti tahun yang silam, kejadian itu berulang kembali. Tidak ada yang berubah, tetap malam di pinggir pantai beralaskan pasir putih, terkecuali bulan yang telah sempurna bulatnya dan umur kami yang bertambah beberapa tahun dengan tingkat kedewasaan yang makin matang.

Kami saling bertatapan membiarkan mata dan hati kami berbicara dengan bahasa kalbu yang dipenuhi dengan pijar kebahagiaan. Kami tidak ingin melewatkan malam purnama ini berlalu begitu saja, usai makan kamipun berjalan menyusuri pasir putih yang sesekali diterpa deburan ombak. Udara pantai cukup sejuk, Andra memberikan kehangatan dengan memelukku. Suara Andra memecahkan kesunyian di antara kami.

"Han, Aku sudah lelah memintamu untuk menjadi istriku, tetapi aku berharap malam ini tidak mengecewakan aku lagi dengan penolakanmu" 
Aku tersenyum, berhenti sejenak dan membalikan badan, menggenggam erat tangan Andra dan menatap jauh ke dalam matanya.

Aku memang sudah lama menantikan saat seperti ini, saat dimana Andra akan mengakhiri permainan cinta kami dalam mahligai perkawinan, karena keyakinanku sudah bulat untuk menjadi istri yang baik dari seorang Andra dan menjadi ibu dari buah cinta kami.

"Mas untuk kali ini aku tidak akan mengecewakanmu, bukan karena sebagian darahmu sudah mengalir dalam rahimku, tapi karena aku memang sudah siap mendampingimu"

Andra memelukku dengan erat. Aku merasa Andra begitu bahagia saat mendengar kesiapanku. Kebahagiaan Andra adalah kebahagiaanku jua. Aku berharap malam ini tak segera beranjak pergi, masih ingin kunikmati tiap detik kebahagiaan kami.

"Han, malam semakin larut, lebih baik jika kita pulang saja, angin malam tidak baik untuk dirimu dan untuk anak kita" Aku mengangguk, tanpa membantah seperti yang biasa selalu aku lakukan jika kesenanganku terusik.

Kami melanjutkan cerita mimpi indah kami tentang masa depan dalam perjalanan menuju pulang. Diselingi tawa dan canda, aku merasakan tawa kami begitu lepas dan bahagia.
Hingga tanpa kami sadari datang mobil dari arah berlawanan dengan kecepatan tinggi menyalip dan mengarah ke mobil kami. Aku merasakan goncangan yang sangat keras, aku merasakan tubuhku sakit dan ada aliran darah mengalir di pahaku.

Aku tersadar di detik berikutnya dan menoleh ke tempat duduk Andra. Tak terlihat lagi raut wajah yang menjadi pelipur rinduku, semua merah penuh dengan darah.
Sambil menahan sakit yang amat sangat di perut dan sekujur tubuhku, aku mencoba membersihkan wajah Andra dengan tanganku dan mencoba meyakinkan diriku bahwa Andra masih hidup.
"Mas.... Mas Andra!" Seketika itupun aku merasakan semuanya gelap dan bisu.

---000---

Pasir Putih dan Hati yang Terluka

Kenangan Bahagia

Dua hari aku tak sadarkan diri di rumah sakit. Samar-samar aku mendengar percakapan beberapa orang di sekitarku. Aku hanya mengenali suara ibuku, selebihnya aku tidak tahu. Aku mencoba membuka mataku, karena aku merasa sudah cukup lama aku tertidur.

"Mah"
Ibu menghampiri diriku dan memelukku sambil menangis bahagia karena aku sudah sadar. 
"Bagaimana kabar Mas Andra?" Hanya itu yang aku ingin tahu selepas tak sadarkan diri.

Aku tidak mendapat jawaban dari Ibu, hanya kurasakan pelukan ibu makin kencang, tangisnya pun makin meninggi, kali ini bukan tangis bahagia tapi tangis sedih dan pilu.

Tidak perlu aku menunggu jawaban selanjutnya, karena aku tahu Andra tidak akan pernah kembali. Tak ada air mata, aku rela melepas kepergian Andra pada malam paling bahagia dalam hidupnya. Hampa kurasakan di dada ini.

---000----

Bertahun berlalu sejak kejadian itu, aku masih sendiri. Masih kukenang dan kunikmati malam yang telah memberikan kebahagian untukku hingga kini, yang takkan pernah tergantikan dengan sejuta malam sekalipun. 

Aku juga sudah tidak memiliki hati untuk berbagi dengan lelaki lain, karena sekeping hati itu telah kutanamkan jauh di dasar pantai pasir putih, dan biarlah kenangan bahagia malam itu yang menemani hari-hariku, karena kesendirian telah menjadi pilihan hidupku, sekarang ataupun nanti.

---000---

Heart On The Sands
Senin, 12 February 2007 @ 10:18 WIB
Abell



2 komentar

  1. Sedihhh yaaa TT_TT
    1. Iya, cerita singkat yg sedih :) makasih udah mampir
No Spam, Please.