Elegi Untuk Ayah

Dalam hidup seorang perempuan, cinta pertama baginya adalah seorang ayah. Sosok yang paling berpengaruh dalam sebuah rumah tangga
Elegi Untuk Ayah


Dalam hidup seorang perempuan, cinta pertama baginya adalah seorang ayah. Sosok yang paling berpengaruh dalam sebuah rumah tangga, panutan dan juga pahlawan.

Di hidup saya, ayah menjadi seseorang yang sangat kuat. Kepribadiannya, cara dia bersikap, mengatasi semua masalah adalah tauladan yang patut saya dicontoh. Bahkan saya berpikir sudah tidak ada lagi kalimat yang dapat menggambarkan betapa hebatnya ayah saya.

Tapi, tahun ke tahun berlalu, masa pendewasaan pun kini saya alami berdampingan dengan umur ayah yang semakin menua dan ditambah dengan penyakit yang dia derita, yang semakin hari semakin membuatnya tersiksa. 

Rasanya sangat sesak jika perjuangan sulit ini harus terus dilanjutkan demi membahagiakan ayah di usia tua. Sebab, sosoknya kini mulai melemah, dan saya terpaksa sendirian dalam beberapa proses. Hancur, sedih menjadi satu. Tak jarang pikiran buruk pun menghantui saya "Kenapa ini semua tidak adil?". 

Saya berusaha mati-matian mengejar dan mencapai sesuatu yang mungkin akan membuat ayah bangga. Saya lakukan semua dengan menggunakan usaha saya, kemampuan saya, dan rasa percaya pada diri saya sendiri. Saya ubah pola pikir yang awalnya masih ingin main-main sekarang harus mulai serius.

Dan saya sedikit lega, karena di beberapa suasana, ayah terus menerus bilang bangga pada usaha saya. Meski itu belum cukup membuat saya puas, dengan kerendahan hatinya setengah hasil ini sudah sangat membahagiakan untuknya. Saya tidak berhenti sampai di situ, bukan lagi dari hari ke hari, tapi jam ke jam saya berusaha berpikir keras bagaimana caranya sampai ke puncak lebih cepat. 

Karena saya tidak mau membuat ayah menunggu lebih lama untuk merasakan bahagia sepenuhnya.
 

Kini, saya menekuni beberapa pekerjaan kecil, sedikit banyaknya mungkin akan membantu saya berhasil. Melihat ini ayah tersenyum seperti memberi tanda bahwa saya harus kuat. Ya tentu saja, tidak ada lagi hari untuk mengeluh dan menyerah sebab menurut saya ayah harus melihat anak gadisnya sukses. Target saya satu persatu terwujud. Walaupun bukan tentang hal yang besar, rasanya ini cukup. 

Tuhan seperti terus mendengar doa saya, membantu saya mendapatkan semua yang saya butuhkan, terlebih untuk membalas jasa ayah yang luar biasa banyak. Memang benar, usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Proses berat ini menjadi sedikit lebih mudah karena saya tahu kepada siapa harus mengadu. 

Ayah. Tidak ada yang menjadikan saya lebih kuat daripada detak waktu yang terus membuatmu lebih lama menunggu.

Biarkan usaha ini kelak akan menjadi bukti bahwa kehadiran mu mampu membuat saya berani berjuang sendiri. 

Sebentar lagi, saya mohon, tunggu saya menjadi seseorang yang pantas kau sebut sebagai anak. Tak apa untuk rasa lelah ini, demi bahagiamu, saya berharap berhasil meraih mimpi. Dan semoga sakitmu berkurang, agar nanti kita dapat berkumpul dalam keadaan yang terus baik-baik saja.

-tulisaniphii-


4 komentar

  1. Mengsedih membacanya. Membahagiakan orangtua adalah salah satu cita-cita yang ingin kita raih... bersyukurlah masih bisa membahagiakan ayah... saya kehilangan sosok cinta pertama itu di usia remaja :(
    1. :) sama teh, penulis juga demikian
  2. Aminnn... Semoga ayah lekas sembuh dan membaik. Apapun usaha yang kamu lakukan untuk meraih mimpi itu, percaya, Ayah sudah bangga karena kamu, apapun itu yang kamu lakukan :)
    1. Amiiin, terima kasih kakak :)
No Spam, Please.