Antara Safa dan Marwa, Napak Tilas Jejak Bunda Hajar Sang Teladan

Napak tilas bunda Hajar teladan sejati seorang perempuan. Sai itu lebih besar daripada zam-zamnya. Dakwah Musa as jauh lebih besar dari pada Firaunnya
Antara Safa dan Marwa, Napak Tilas Jejak Bunda Hajar Sang Teladan


Ini kisah prosesi umroh gw yang ke-dua, umroh badal buat Alm. Babe gw tercinta, yang wafat 10 taon lalu. 

Biar pun dalam kondisi kurang fit, gw punya azzam yang kuat buat ngejalanin. Gw minta doa dari adek gw, en yang pasti emak gw tersayang. Minta supaya gw dikuatkan. 

Wuihh, lebay yak?. Bagen nanan ah, dikata gw yang emang kudu butuh banyak didoain. 

Gw keluar hotel buat ambil miqot di Masjid Aisyah sekitar jam 9-an. 

Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, dalam perjalanan gw singgah di Jabal Tsur, lewatin Jabal Nur, trus turun di Jabal Rahmah. Tempat yang pengen sakinah mawaddah warahmah saling melangitkan doa, termasuk yang pingin dapat jodoh. #uhhuks

Sampe hotel lagi sekitar jam 11, temen-temen satu bis nekat bilang ama muthowif agar langsung prosesi. 

Ngacirlah gw siap-siap. Cuci muka, pipis, wudhu, nyomot potongan apel sisa sarapan, dan cusss kumpul ama rombongan. 

Jadilah jam 1/2 dua belas siang gw thawaf muterin Kabah di saat matahari tepat di atas kepala. Hasbunallah....hasbunallah...

Kelar thawaf dan menepi ke tempat rada ademan arah Safa, adzan dzuhur berkumandang. Nyesss pisan. Kami sholat di area arah Safa, berasa kayak disiram aer es se ember masuk ke sana. Uadeemm pisan. 

Kelar Dzuhuran, lanjut Sai. Siap mental en fisik buat nempuh jarak 400 x 7 buat jalan kaki. Sai kali enih gw rasakan gw lebih kuat dari Sai kali pertama. Its just because gw lebih siap. 

Bismillah. Dan gw emang niat minum zam-zam nanti saat Sai kelar sebagai selebrate pencapaian gw. Norak? Pastinya. Tapi gw merasa berhak buat ngelakuinnya, sebab buat gw, perjuangan ini gak mudah. 

Dan sebagai napak tilas perjuangan Siti Hajar saat melakukan Sai ini pada zaman dulu kala. Ahhh, kalo enih gw lebay bajay punya. Hajar R.A dulu kepanasan, gak Sai di dalam ruangan adem ber-Ac dengan lantai marmer yang mulus. 

Ngeliat kontur tanah Makkah yang tandus, berbatu, serta panas yang cetar membahana badai, rasanya gw kudu nahan malu sejuta persen klo ngaku-ngaku menghayati perjuangan beliau. Hiks.

Tapi, paling engga, itu jadi salah satu sumber kekuatan gw yang berasa terkuras akibat kebanyakan baper en kebanyakan mewek

Dan bener aja. "Innashofa, wal marwata, min sa'airillah...."*, menapaki setiap ujung Safa atau Marwa dengan kontur tanah yang menanjak, seolah klimaks dari sebuah pengharapan. Ada Allah di setiap langkah dan sudut. 

Betapa kekuatan seorang perempuan yang sendirian, tersebab cinta yang besar pada anak, suami dan dawah, harus berjuang dengan penuh keyakinan akan sebuah pertolongan dari Dzat Maha Agung yang belum lagi ia temukan pada satu-dua-tiga usahanya berlari dari bukit berjarak 400 meter itu berkali-kali. Saat itulah tauhid seseorang sedang diuji. Mana hamba Allah yang sejati.

Antara Safa dan Marwa, Napak Tilas Jejak Bunda Hajar Sang Teladan

Maka benarlah Ust Salim pernah berkata:
Sai itu lebih besar daripada zam-zamnya. Dakwah Musa as jauh lebih besar dari pada Firaunnya. Ketabahan Ibrahim as dalam kobaran api jauh lebih besar dari pada Namrudznya. Sebab Allah kirim air dan lalat untuk membinasakan mereka. Tapi tauhid dan keimanan kita yang memang diuji-Nya.

Maka berhaji dan umrah bukan karena mau dan mampunya. Tapi memantaskan diri untuk mengunjungi-Nya. 

Keutamaan tempat berdoa memang Allah janjikan di sana. Maka terkabulnya doa bukan yang utama. Tapi betapa indah menikmati kebersamaan dengan-Nya. Tunduk dalam tafakur, tenggelam dalam istighfar yang tak pernah surut, merendah dan masyuk dalam air mata yang khusyuk. Memohon ampun dan berharap memeluk cinta-Nya sepanjang sisa hidup. 

Ahh, Ibunda Hajar adalah teladan sejati seorang perempuan, istri, juga ibu dalam perikehidupan kita semua. Ya Allah, dari napal tilas ini, karuniakanlah aku untuk dapat menjadikan Bunda Hajarsebagai uswah hasanah yang mampu mencukupkanku saat penat dan lelah.

Dan ketika kali ke-empat menginjak puncak Marwah, gw sengaja mengambil segelas air zam-zam sebagai pelepas dahaga sekaligus bahagia. Bismillahi Allahu Akbar.

Atas kuasa-Mu aku mampu sampai di sini. Dan atas kuasa-Mu juga aku memohon agar bisa kembali.

Aamiin.

#RinduBaitullahLagi


Penulis: Sri Suharni
Ahad, 21 April 2019


* "Innas Safaa wal-Marwata min sha'aaa'iril laahi" adalah potongan QS. Al-Baqarah Ayat 158 yang diterjemahkan: "Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syi'ar (agama) Allah."


Posting Komentar

No Spam, Please.