Healing dengan Banyak Muhasabah dan Tazkiyatun Nafs

Heal your self dengan banyak muhasabah dan tazkiyatun nafs. Itu bisa didapat kalo kita bisa berdamai dengan diri sendiri
Healing dengan Banyak Muhasabah dan Tazkiyatun Nafs

Suatu ketika seorang teman mencurahkan kisahnya dalam ketikan panjaangg di aplikasi WhatsApp. Gue cuma berkata sabar. Lalu mencoba memberi nasihat, "Coba jangan hanya fokus pada suami. Anggap saja dia bukan masalahmu. Toh dia gak ada. Gak bisa dihubungi, gak tau di mana rimbanya. Sudah. Sekarang fokus sama yang ada, anak-anak, gimana biar hasil usaha itu bisa cukup buat makan bareng anak-anak." 

Kenapa gue bilang gitu? 

Karena masalah yang dia alami udah sedemikian gawatnya dan kalau dia gak fokus pada satu - dua masalah saja yang paling urgen dan paling dekat untuk dijangkau, gue yakin dia gak akan sanggup. Karena kalau mau di-jembreng,  bisa selebar kebon. Karena nila setitik, jadi gelap semesta.

Tapi apa yang terjadi?

Dia masih tetap mau selesai semua. Dan dia menganggap semua asbab dari masalah ini adalah suaminya! Seolah kalau suaminya ada, kayak yang punya tongkat Harry Potter,"wingardium leviosaa..." terbang itu segala problem dia. 

Padahal pas suaminya ada pun tak mengubah apa-apa, sebab dia cuma diam seribu bahasa, tanpa "teks di bawah televisi anda". 

Saat kayak gitu, biasanya gue pengen ketawa sambil nangis juga. Dia gak tau aja, gue pernah mengalami masalah yang sama. Dan cara jitu gue bisa bertahan... bertahan loohh, yaaa, yaaaa itu dengan fokus sama satu - dua masalah yang keliatan depan mata aja, yang paling gampang "dipegang". 

Yang meluas itu, ya lepas aja. Toh Allah gak pernah kasih masalah tanpa solusi. Kita aja yang gak yakin dan percaya. 

Fokus menghadapi masalah yang utama adalah diri kita sendiri. Yang pertama kita ajak damai adalah diri kita sendiri. 

Dan ciri-ciri orang yang belom bisa mengatasi diri sendiri adalah, fokus (*baca: semangat banget) curhat sama masalah dia, sampe gak bisa "dimasukin" apapapun dari yang diajak curhat. #ehhhm. 

Iya kalo abis cerita trus udah, buang sampah till the end
Lha kalo besok-besok cerita lagi?? 
Dengan kisah yang sama? Psikolog mah enak ada tarifnya. Xixixi. 

Kok tau? Yaa gue bilang, gue pernah ada di posisi yang sama. 

Gue diem gak curhat bukan karena gue jagoan yang berdiri gagah kayak Thanos abis menang pertempuran, tapi karena gue fokus ama yang dikit-dikit ntu. 

Intinya mahh, kadang kita bisa sabar dengan masalah dan kesulitan kita sendiri, tapi belom tentu bisa sabar dengan masalah dan kesulitan orang lain. Maha Suci Allah yang memberi berita membahagiakan untuk orang-orang yang bersabar.

So, curhat mah boleh-boleh aja. Tapi bersedia jugalah menerima advice dan input dari orang yang dicurhati. Sesabar-sabarnya teman, kalo selalu dijadiin bak sampah, kan gak enak juga. 

Inget satu hal, saat masalah dan hal-hal yang gak mengenakkan itu kalian sampaikan, maka itu adalah racun negatif buat yang denger. 

Kalo ngomong magnet rezeki mah, yaa itu energi negatif yang udah kalian tumpahkan kepada si pendengar. 

Kebayang kalo temenmu itu setiap hari kau lemparkan energi negatif dari masalahmu, apa kabar dengan masalahnya? Apa kabar dengan jiwa dan alam bawah sadarnya?


Healing dengan Banyak Muhasabah dan Tazkiyatun Nafs

Heal your self dengan banyak muhasabah dan tazkiyatun nafs. Itu bisa didapat kalo kita bisa berdamai dengan diri sendiri dan membiarkan Cahaya Allah masuk dan menuntunmu pada hati yang tenang dan sejuk, sebelum Dia menunjukkanmu pada jalan keluar yang terang. 

Bukankah hanya Allah Yang Maha Bisa mengurai segala persoalan?

#maks
#SabarItuCahaya


Penulis: Sri Suharni Maks 
Jumat, 26 April 2019



Posting Komentar

No Spam, Please.