- BIDADARIKU - Bagian 8 (Tamat)

Tanpa saya sadari kata sabar yang sering dilontarkan telah memberi motivasi pada saya untuk harus tetap berdiri dan bertahan. Kisah Bidadariku (tamat)

 -BIDADARIKU- 

 Part 8 

 (Sambungan dari - Bidadariku Bagian 7 -) 
 
"Jika Allah mengambil sesuatu darimu, sesuatu yang tidak kau sangka akan kehilangannya. Maka Allah akan memberimu sesuatu yang tidak kau sangka akan memilikinya"

 

- BIDADARIKU - Bagian 8 (Tamat) Ibarat sampan kecil di tengah lautan yang terombang ambing oleh ombak


Ibarat sampan kecil di tengah lautan yang terombang ambing oleh ombak, tak tentu arah. Begitulah yang saat itu saya rasakan.. begitu banyak nasihat yang saya dapat dari keluarga, sahabat dan guru. Namun di hati berbicara, "Ketahuilah bukan itu yang saya butuhkan saat ini". 

Yang saya butuh cuma dia, bidadari saya kembali ke pangkuan saya. Tak perduli apa yang mereka katakan bagai angin lalu semua itu lewat begitu saja di telinga saya. 

SABAR.. ribuan kali saya dengar kata itu menghujani telinga ini.  

"Mudah sekali kalian berbicara soal sabar dengan saya.. kalian tak merasakan betapa sakitnya sebuah kehilangan" begitulah pikiran saya saat itu. Pikiran yang sangat picik seolah sayalah orang yang paling menderita. 

Tanpa saya sadar bahkan Rosululloh pun pernah merasakan kehilangan istri tercintanya ibunda Khodijah. Siapa saya..?

Tanpa saya sadari kata sabar yang sering dilontarkan oleh orang-orang telah memberikan motivasi kepada saya untuk harus tetap berdiri dan bertahan. Kata ajaib yang membuat saya sadar bahwa masih banyak yang perduli atau pura-pura perduli yang jelas itu membatu saya untuk melewati titik terendah dalam hidup. 

Namun rasa bersalah dan menyesal terus menghantui saya. Andaikan saja saya tahu ini yang akan terjadi saya akan memanfaatkan waktu yang tersisa untuk mengucapkan kata cinta di setiap saat kepada Khumairah, menemaninya setiap waktu, menuruti semua kemauannya dan mendengarkan semua ceritanya setiap detik demi detik. Menyesal pernah membuatnya kesal karena pernah meninggalkannya selama 2 hari karena ada acara kantor.


Malaikat kecilku

Asyila Annasya El-Shanum putri kami. Bagaikan pelangi setelah badai, hujan setelah kemarau panjang, dan harapan setelah keputusasaan. Gadis kecilku yang telah Allah berikan agar saya punya alasan tetap berdiri. Alasan untuk tetap tersenyum. Karena Allah tahu saya amat lemah, ia sisakan saya alasan untuk bertahan. 

Tawanya mampu menghilangkan rasa sakit di hati. 

Setelah beberapa bulan usianya putriku makin mirip dengan mommy-nya. Kerinduan ku sedikit terobati karenanya. Keunikan Cila adalah sejak mommynya pergi dia cuma mau tidur dengan saya. Saat bayi Dia selalu menunggu saya pulang bekerja untuk mendengarkan murotal baru bisa tertidur pulas. 

Pernah saya pulang larut malam karena pekerjaan dan ternyata dia masih terjaga. Masyaa Allah. Sholehahku yang memberikan alasan untuk selalu tersenyum. Cila anak yang pintar dan menurut saya beda dengan bayi kebanyakan, dia jarang sekali menangis apalagi di waktu malam hampir tidak pernah menangis sewaktu bayi. Sungguh besar kuasamu yaa Robb.

"Saat kita mulai lelah dan memutuskan untuk menyerah. Ingat kita hidup bukan cuma untuk diri kita sendiri, tapi ada tanggung jawab dan tugas yang telah Allah berikan kepada kita. Hidupmu bukan cuma untukmu. jangan egois..!

Setiap subuh semenjak Khumairah pergi saya selalu mengunjungi tempat peristirahatan terakhirnya, saat itu selain untuk berziarah sering terbesit di hati saya berharap Khumairahku keluar dan saya bisa berjumpa dengannya sambil melepaskan semua kerinduan. Dan masih banyak lagi pikiran yang tak logis terus menghampiri pikiran saya saat itu. 

Seringkali saya mendapat nasihat agar saya tidak keluar jalur. Ibarat kereta jika keluar jalur pasti akan terjadi malapetaka.

Sampai saya sadar, semakin saya merasa sedih dan menyalahkan diri sendiri maka saya akan semakin terpuruk.

"Ya Allah janganlah Engkau serahkan saya pada diri saya sendiri, karena saya tak mampu untuk menjaganya dan mengurusnya, jangan pernah Engkau acuhkan hamba"

Mulai usia Cila 6 bulan saya sering mangajaknya untuk berziarah ke makam mommynya. Sampai dia tau betul kapan waktu berziarah.

Saat usia Cila beranjak 1 tahun dia mulai bisa berbicara dan berjalan. Tentunya kebahagiaan yang teramat sangat untuk saya. Walaupun tanpa seorang ibu dia tumbuh dengan baik dan sehat.

Saat ulang tahunnya yang ke 1 thn, saya ajak Cila untuk berziarah ke makam mommynya. Seperti biasa Saat sudah dekat dengan makam dia berteriak kegirangan sambil bilang, "mommy.. mommy.." seketika perasaanku hanyut dalam suasana tak terasa air mata mengalir. 

Anak sekecil ini tanpa diajari seperti paham cara melepas rindu. Dia langsung memeluk makam mommynya dengan bahasa dia, dia berbicara seolah ada percakapan dengan mommynya. Saya cuma bisa diam melihat kejadian itu dengan rasa haru.

Bahkan sekarang saya ada di rumah dia selalu ajak saya berziarah. Dengan bahasa dia.. "ayah.. ke mommy yuk.." dan kalo tidak dituruti langsung nangis histeris.

Khumairahku.. putri tercinta kita kini telah tumbuh menjadi anak yang cantik dan parasnya makin mirip denganmu sayang sesuai keinginanmu. Dan Tinggal 2 lagi keinginanmu yang belum dapat kupenuhi, menjadikan putri kita seorang Hafizhah dan mencari dia yang mampu menghargaimu dan mendidik Cila dengan baik.. semoga Allah ridho.. aammiin..

----------------------

Penulis: KHOIRUL UMAM
Selasa, 30 Maret 2021

2 komentar

  1. Semangat buat kong Bisot n bang Umam. Kisah yang menyentuh hati🙏
    1. Siap, makasih kak Bali Dwi :)
No Spam, Please.