H Naryo: Pembangunan Berkelanjutan Itu Bukan Terus-Terusan Membangun

Pembangun berkelanjutan itu bukan berkelanjutan terus menerus membangun, tapi pembangunan yang memperhatikan kelestarian alam dan kearifan lokal, sehingga menghasilkan kesejahteraan warganya
Suatu ketika sekelompok orang tersesat dalam hutan. Ditunjuklah beberapa orang yang bertanggung jawab untuk membuka jalan menerabas hutan dan lain-lain untuk menemukan jalan keluar dari hutan itu. 

Para penerabas hutan ini bekerja dengan efektif, mereka membagi kelompok penebang, kelompok pemeliharaan peralatan, dukungan konsumsi dan apapun yang dibutuhkan untuk memaksimalkan kemajuan tugas mereka. 

Setelah berhari-hari mereka melakukan itu, ada seseorang yang naik ke atas pohon tertinggi dan melihat para pekerja itu ternyata sedang membuka jalan ke arah jurang.

Ia segera turun dari pohon dan memberitahukan kepada pemimpin yang bertanggung jawab pada bagian penebangan untuk memberitahukan bahwa mereka salah arah dan sedang menuju ke jurang. Tapi apa jawaban pimpinan para penebang pohon?. 

"Diamlah, kami sedang mengalami kemajuan, produktivitas sedang meningkat tinggi dan kita akan segera keluar dari hutan ini."

Pengandaian kejadian di atas itu sering kita lihat dalam dunia nyata. Banyak orang sibuk mengerjakan sesuatu dan bangga atas perkembangan pekerjaannya tanpa tahu akhir dari pekerjaan itu sia-sia atau bahkan mengancam hidup mereka.

Haji Naryo di festival kali piket sukatenang sukawangi bekasi
Haji Naryo saat di acara Persamuhan Penggerak Kampung
Saya ingat kisah itu saat mendengar Pak Haji Naryo menyampaikan materinya dalam acara "Pasamuhan Pembakti Kampung" atau "Pasamuhan Penggerak Kampung Bekasi" yang dilaksanakan di Sekolah Alam Prasasti 8-9 Februari 2020 bersamaan dengan Festival Kali Piket.

H Naryo dalam kesempatan itu pada intinya menyatakan pembangunan infrastruktur di Bekasi tidak dibarengi dengan pembangunan Sumber Daya Manusianya dan mengabaikan kelestarian lingkungan. 

"Pembangunan berkelanjutan itu bukan terus terusan membangun, tapi pembangunan yang memperhatikan kelestarian alam dan kearifan lokal, sehingga menghasilkan kesejahteraan warganya" ucap Tokoh masyarakat Desa Buni Bakti, Babelan ini.

Hal itu beliau sampaikan di depan para siswa dan guru Sekolah Alam Prasasti serta para hadirin.

Beliau juga menjelaskan bahwa Desa Buni Bakti terkenal karena memiliki banyak peninggalan arkeologis yang ditemukan oleh Lembaga Purbakala sejak tahun 1960. Pada awalnya situs ‘Kompleks Gerabah Buni’ hanya ditemukan di daerah Buni, namun kemudian penyebarannya semakin meluas di sepanjang pantai utara Jawa Barat. 

Hasil penelitian tersebut umumnya berupa rangka-rangka manusia yang dikuburkan secara langsung (primer) dan berbagai bekal kubur antara lain: gerabah (tempayan, periuk, pedupaan, cawan, dan kendi), beliung dan gelang batu, benda-benda perhiasan dari emas, benda-benda logam dari perunggu-besi, dan manik-manik. Pertanggalan Situs Buni diperkirakan dari sekitar abad ke- 2 – 5 Masehi. Namun pembangunan industri di Kabupaten Bekasi mengabaikan semua fakta arkeologi itu. 

(Mungkin terkait, silakan baca: Mau Dibawa Ke Mana Peradaban Buni Bekasi?)

H. Naryo mengkhawatirkan masyarakat Bekasi khususnya Buni akan semakin terputus dengan sejarah dan budaya pendahulunya. Sebagai seorang kakek yang telah menyaksikan perubahan wilayahnya sekian dasawarsa, beliau khawatir akan hadirnya generasi yang tidak mengenal sejarah dan budaya kampung halamannya sehingga menjadi generasi yang tidak memiliki identitas kebudayaan dan akan menjadi korban kemajuan zaman. 

Pada akhirnya H Naryo menekankan pentingnya pendidikan karakter kepada generasi penerus agar dapat menjadi manusia yang berguna bagi diri dan lingkungannya. Hal itu juga ia sampaikan sebagai apresiasi kepada Sekolah Alam Prasasti yang menekankan pendidikan karakter kepada siswa-siswanya. Semoga Sekolah Alam Prasasti dapat melahirkan generasi penerus yang cerdas dalam segala bidang dan memiliki ahlak yang baik. Aamiin.

----

Kisah tentang sekelompok orang tersesat dalam hutan adalah adaptasi dari kisah dalam buku Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif karya  Stephen R. Covey. Kisah itu adalah kisah favorit saya untuk membedakan tugas manajer dan pemimpin. Di mana para manajer adalah pihak yang harus selalu fokus pada efektivitas, kemajuan dan mempercepat pencapaian tujuan, sedangkan pemimpin adalah orang yang menentukan arah dan tujuan, idealnya setiap pemimpin memiliki kualitas kepemimpinan dan kualitas manajerial yang baik

Dengan kata lain dalam pemahaman saya, H Naryo sedang menyampaikan bahwa pembangunan di Bekasi dipimpin oleh manajer-manajer yang selalu sibuk membangun tanpa sadar arahnya menuju kerusakan dan kehancuran

Di sinilah peran warga dan para penggerak kampung untuk mengingatkan pemerintah mengenai dampak dari kebijakan-kebijakan pembangunan yang dilaksanakan selama ini.

Mengenai pendidikan karakter, saya masih percaya bahwa mata pelajaran Aqidah Ahlak sudah mencakup tujuan yang ingin dicapai dari materi pendidikan karakter. Menurut Fakry Gaffar pendidikan karakter merupakan sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Masalahnya nilai-nilai kehidupan apa yang akan ditumbuhkembangkan kalau bukan aqidah?

Sedangkan pengertian akhlak secara etimologi menurut Muhaimin Tadjab, Abd. Mujib berasal dari kata Khuluq dan jamaknya Akhlaq, yang berarti budi pekerti, etika, moral. Ada juga yang mendefinisikan akhlak dengan keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak memerlukan pikiran. 

Artinya, menurut saya pendidikan karakter yang semakin sering disebut-disebut itu hanya sebagian kecil dan tidak bisa menggantikan mata pelajaran Aqidah Ahlak yang sudah ada. 


Salam.




Posting Komentar

No Spam, Please.