Suara Kami Tidak Gratis, Tapi Tidak Bisa Dibeli Dengan Uang

Suara kami tidak gratis tapi juga tidak bisa dibeli dengan uang. Jalankan saja fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan secara profesional, itu sudah cukup sebagai alasan kami memilih anda sebagai wakil kami di DPRD. Itu baru namanya pemilih yang cerdas
Diskusi Pemuda Dengan Calon Wakil Rakyat
Menyambut datangnya musim kontestasi politik yang akan berujung pada pemilu 17 April 2019, TBM Rumah Pelangi sebagai ruang aspirasi pemuda kembali melakukan diskusi terbuka terkait edukasi partisipatif.

Diskusi Pemuda Dan Calon Wakil Rakyat

Sabtu, 30 Maret 2019 TBM Rumah Pelangi di Kampung Babakan Kali Bedah Desa Sukamekar Kecamatan Sukawangi Kab. Bekasi mengadakan acara "Diskusi Pemuda Dengan Calon Wakil Rakyat".

Dengan menghadirkan A. Djaelani dari Tiksa Institute dan D.A Furqon dari komunitas Bekasi Voters sebagai panelis, diskusi ini juga menghadirkan 5 orang calon anggota legislatif yaitu; 
  1. Romi Oktaviansyah Caleg DPR-RI dari partai Demokrat; 
  2. M. Nurfahroji Caleg DPRD Kab Bekasi Dapil 4 dari Partai Gerindra; 
  3. Nomir Syaputra Caleg DPRD Kab Bekasi Dapil 5 dari Partai Nasdem; 
  4. Sarodi Caleg DPRD Kab Bekasi Dapil 4 dari Partai Perindo; dan 
  5. M. Romli Caleg DPRD Kab Bekasi Dapil 5 dari PKS.

Diskusi Pemuda Dengan Calon Wakil Rakyat

Diskusi yang berlangsung selama 3 jam ini berjalan santai dan informal, dengan dihadiri beberapa komunitas baik komunitas literasi dan komunitas kepemudaan lainnya di Bekasi. 

Acara dimulai sejak pukul 15:15 WIB dengan moderator A. Suryadi dari media Wajah Bekasi, diskusi ini disiarkan langsung dan terekam di sosial media Facebook TBM Rumah Pelangi Bekasi sehingga videonya masih bisa diikuti oleh siapapun walau acara sudah selesai.

EDUKASI POLITIK

Dibuka oleh Muhaidin Darma (26) selaku ketua panitia, Idin menyampaikan sambutan-sambutan umum yang mengajak para hadirin berdiskusi dengan mengedepankan rasa persaudaraan dalam koridor edukasi politik yang sehat agar misi pendidikan TBM Rumah Pelangi tidak ternodai politik praktis oleh siapapun.

Sistem demokrasi perwakilan yang berlaku di Indonesia saat ini, memberikan hak politik kepada warga negara Indonesia termasuk para pemudanya untuk memilih dan secara tidak langsung menyerahkan pengelolaan masa depan Bekasi ini ke pundak para anggota dewan yang dipilihnya.

Keputusan- keputusan penting, termasuk penyusunan peraturan daerah dan pengawasan penggunaan anggaran yang kelak dilakukan oleh para wakil rakyat tersebut akan sangat menentukan masa depan Bekasi nantinya. Karena itu, sudah seharusnya para wakil rakyat berasal dari tokoh-tokoh terbaik yang memiliki kapasitas dan komitmen yang sejalan dengan cita-cita pemuda di Kab. Bekasi.

Acara dimulai dengan nonton bareng Film EADC 2014 "Desainer Kampung", film pendek  berdurasi 22 menit ini mendokumentasikan pemuda di pelosok Desa Kaliabu Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang yang berhasil mengubah pemuda-pemuda kampungnya menjadi desainer-desainer grafis otodidak yang mampu bersaing secara lokal dan global dengan penghasilan yang cukup besar.

DA Furqon kemudian menjelaskan harapan-harapan agar apa yang didokumentasikan pada film tersebut memberikan inspirasi dan menularkan semangat belajar yang lebih fokus pada pengembangan soft skill sehingga pemuda desa lebih memiliki kapasitas yang dapat menjadi modal keterampilan menghadapi era persaingan bebas.

Diskusi Pemuda Dengan Calon Wakil Rakyat

Acara dilanjutkan dengan perkenalan umum profil kelima calon anggota dewan yang menanggapi film pendek tersebut. Djaelani selaku narasumber non caleg berharap agar para caleg dan pendukungnya lebih fokus pada masalah-masalah yang terjadi di Bekasi.

"Pilpres memang penting, tapi jangan sampai membuat kita lupa bahwa pemilihan anggota dewan baik DPRD, DPRD Provinsi, DPD dan DPR-RI juga penting, bahkan akan lebih menentukan nasib Bekasi secara langsung, mari kita gunakan waktu yang tersisa ini untuk lebih kritis memilah para calon anggota dewan yang akan kita pilih untuk mewakili suara kita nantinya" kata Djaelani, pemuda yang juga salah seorang pendiri Cibarusah Center.

Pada sesi tanya jawab, pertanyaan-pertanyaan diajukan secara umum kepada para caleg, pertanyaan-pertanyaan dari peserta lebih menyoroti 3 hal, yaitu masalah pendidikan, isu kesehatan dan isu ketenagakerjaanSetiap caleg diberi kesempatan untuk menanggapi dan saling mengemukakan pendapatnya terkait ketiga isu tersebut.

Komunitas Penter dalam kesempatan tanya jawab menyoroti kinerja kontrol DPRD kabupaten Bekasi saat ini yang dinilai gagal mengawasi dan mengawal kinerja Pemkab Bekasi yang tidak profesional sehingga banyak ketimpangan pembangunan infrastruktur dan tidak akuntabel sehingga hanya bisa menyerap 80% APBD.

Untuk diketahui, Pemkab Bekasi pada tahun 2018 masih memiliki Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (Silpa) sejumlah Rp1,03 triliun. Jumlah tersebut cukup besar karena APBD Kabupaten Bekasi 2018 sejumlah Rp5,9 triliun.

All Comunitas juga menyoroti kinerja anggota DPRD terkait pengawasan pengelolaan dan transparansi pemanfaatan dana CSR dari daerah yang konon menyandang gelar kawasan industri terbesar se-Asia Tenggara ini. Mereka berharap agar calon anggota dewan yang hadir ini jika terpilih menjadi anggota dewan dapat memiliki kinerja yang lebih baik daripada anggota DPRD Kab Bekasi yang sekarang.

Ibrahim (Boim), seorang warga Kelurahan Bahagia Kec. Babelan yang hadir dalam acara merasa puas karena dapat mengenal calon anggota dewan yang selama ini belum ia kenal sebelumnya.

"Calon anggota dewan hanya melakukan sosialisasi kepada para pendukung dan timsesnya, kemudian timses dan pendukungnya ini yang melakukan sosialisasi, padahal saya juga ingin mengenal lebih dekat dan ingin berdiskusi langsung kepada mereka," ungkap Boim yang datang bersama putranya.

Acara ditutup dengan mempersilahkan kelima para calon anggota dewan untuk menyampaikan materi kampanyenya yang disambut positif oleh para hadirin.
***

Acara diskusi pemuda dengan keempat caleg DPRD Kab Bekasi dari dapil 4 dan 5 serta hadirnya 1 orang caleg DPRRI ini bagi saya secara materi sudah cukup baik. Ini membuka kesempatan kepada swing voter untuk lebih mengenal para caleg secara efektif daripada hanya melihat spanduk-spanduk yang menurut saya lebih sering menyebabkan polusi visual dan merusak pemandangan ruang-ruang publik.
Siapapun calegnya memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas, kampanye melalui spanduk sudah tidak relevan di era keterbukaan akses komunikasi seperti sekarang.
Jangan seperti anggota dewan yang sekarang, ketika sudah menduduki kursi legislator masih saja memandang warga kabupaten Bekasi secara parsial berdasarkan kelompok konstituen dan apa yang didukungnya pada saat pilcaleg. Mungkin secara pragmatis sah-sah saja karena tidak ada larangan soal itu, tapi praktek seperti itu sekian lama terbukti tidak membuat Bekasi menjadi lebih baik, kalau tidak mau dikatakan membuat Kabupaten Bekasi berantakan seperti sekarang.

Jika saja para anggota dewan itu selama ini dikenal memiliki kinerja yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat, maka saat pilcaleg seperti sekarang ini mungkin akan lebih mudah baginya mencari suara sampai ke luar basis konstituennya yang lama.

Setidaknya dengan acara ini para pemuda telah menyampaikan pesan yang cukup jelas; Suara kami tidak gratis tapi juga tidak bisa dibeli dengan uang

Jalankan saja fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan secara profesional, itu sudah cukup untuk alasan kami memilih Anda sebagai wakil kami di DPRD. Itu baru namanya pemilih yang cerdas.

Salam perubahan 


4 komentar

  1. Mantep... Pemuda memang harus berkontribusi dengan cerdas dlm Pilkada.
    1. Semoga pendidikan politik terus berjalan agar semakin dewasa berpolitik :) trims
  2. Semoga perubahan baik terus terjadi di Bekasi ya, Om, siapa pun yang terpilih. Dan diskusi2 semacam ini harus lebih digalakkan hehehe.
    1. Ya pendidikan politik mah perlu biar ada kontrol and pengawasan dari warga :) Daripada cuma ngobrol gak ada ujungnya mending nyari narasumber biar lebih jelas diskusi
No Spam, Please.