Salah besar kalau masih ada anggapan pemuda desa kurang kreatif, nih buktinya hanya dengan modal awal sebesar 150 ribu rupiah yang disisihkan dari uang kas komunitas dalam hitungan hari Komunitas Mabes Home sudah mampu memberdayakan anggotanya terjun ke bisnis kuliner dengan omset kotor sekitar 600 ribu hingga 800 ribu rupiah per hari.
Amay anggota Mabes Home |
Menurut Amay (19) salah satu anggota komunitas Mabes Home, produksi keringan (keripik rindu kesayangan) ini tidak lepas dari pelatihan dan pendampingan yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi yang sedang melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kegiatan KKN selama 1 bulan yang dimulai dari tanggal 22 Januari hingga 23 Februari 2018 ini telah mematangkan ide Komunitas Mabes Home untuk mencari kegiatan yang dapat memberdayakan anggotanya dan bernilai ekonomi.
Gadis kelahiran Februari 1999 ini juga menjelaskan mengenai varian keringan yang mereka produksi, saat ini Mabes Home sudah memproduksi 5 varian rasa yaitu: 1. Pasrah - Original; 2. Sayang - Rasa Jagung Manis; 3. Sakit Hati - Pedas; 4. Sabar - BBQ; dan 5. Kejujuran - Keju. Dijual per kemasan (150gr) Rp. 8000 rupiah, jika membeli 2 kemasan ada diskon menjadi Rp. 15.000, Keripik Rindu Kesayangan dapat dipesan melalui WA di 0858 8613 3793 atas nama Dita Yuliani dan melayani COD.
Yang menarik bagi saya adalah bagaimana Mabes Home mampu menghabiskan keringan produksinya ini dalam sehari. Produksi mereka sebenarnya masih terbilang sedikit, dengan hanya 1 penggorengan mereka memproduksi sekitar 100 kantong keripik dalam sehari. Untuk usaha yang baru dirintis dalam hitungan hari ini, prestasi itu sudah merupakan awal yang baik kalo menurut saya :).
Masih menurut Amay, pemasaran dilakukan dengan cara pemasaran langsung "Direct Marketing" secara offline di lingkungan sekitar dan online memanfaatkan internet. Alat pemasaran mereka yang utama adalah WhatsApp Messenger, Facebook dan Instagram. Namun setelah saya telusuri hanya ada beberapa promosi di Facebook pribadi anggota Mabes Home, sedangkan di Instagram lebih sedikit lagi.
Masih menurut Amay, pemasaran dilakukan dengan cara pemasaran langsung "Direct Marketing" secara offline di lingkungan sekitar dan online memanfaatkan internet. Alat pemasaran mereka yang utama adalah WhatsApp Messenger, Facebook dan Instagram. Namun setelah saya telusuri hanya ada beberapa promosi di Facebook pribadi anggota Mabes Home, sedangkan di Instagram lebih sedikit lagi.
Bapak Mantan RW Sanan di Saung Komunitas Mabes Home Pangkalan Poncol Sukamekar |
Target pemasaran pertama tentunya internal lingkaran komunitasnya yang heterogen, dari sini produk kripik akan banyak mendapatkan masukan dan kritik (feedback) terpercaya, khususnya mengenai rasa dan kualitas kripik itu sendiri seperti: kurang gurih, rasanya terlalu kuat dan berbagai feedback yang bertujuan untuk menyempurnakan produk. Jika anggota atau lingkaran internal komunitas telah puas baik terhadap rasa hingga kemasan maka dengan mengandalkan loyalitas dan solidaritas setiap anggota akan "percaya diri" untuk ikut memasarkan produk ini tanpa merasa dipaksa oleh organisasi. Ini yang Mabes Home lakukan sebelum mereka berani memasarkan lebih jauh produknya dengan rasa dan kemasan yang sekarang, ke depannya masih akan terus disempurnakan dan dikembangkan.
Aryo Band Ketua Komunitas Mabes Home |
Dari salah satu anggota saya juga mendengar bahwa salah satu alasan adanya usaha kripik ini adalah untuk menambah uang kas komunitas dalam rangka memeriahkan acara milad Mabes Home. Baiklah itu sangat membanggakan, target jangka pendek ini (milad) akan dibiayai secara swadaya melalui usaha menjual kripik keringan ini. Namun dari berbincang-bincang dengan sesepuh komunitas yang disebut sebagai "Surya Paloh" saya menangkap sebuah tujuan jangka panjang yang perlu juga untuk dipertimbangkan.
Menurut Bapak Tari Karna Bewok mantan ketua RT setempat, anggota komunitas ini tidak semuanya berpenghasilan tetap, karenanya dengan adanya usaha keripik keringan ini ia berharap dapat memberdayakan anggota yang masih belum bekerja ataupun yang banyak memiliki waktu luang. Bukan hanya produksi kripik, dia berharap usaha ini akan berkembang dan akan ada usaha-usaha lain yang akan memberi manfaat, baik itu pengalaman, pengetahuan dan finansial.
Bapak Tari Karna Bewok bersama Relawan Baja Bopas |
"Mereka harus belajar mandiri, salah satunya dengan usaha seperti ini. Orang yang benar-benar membantu akan memberikan kail bukan langsung ikannya". Sedikit saja kata-kata beliau tapi saya paham maksudnya. Tentu Anda juga paham kan?.
Komunitas Mabes Home
Kampung Pangkalan Poncol RT.01/06
Desa Sukamekar Kec. Sukawangi
Kabupaten Bekasi 17655
Desa Sukamekar Kec. Sukawangi
Kabupaten Bekasi 17655