Rumah Pelangi Bekasi, Tetaplah Sederhana Dan Menginspirasi

Dalam kesederhanaan akhirnya Nemu Taun Rungi berjalan lancar, biasa-biasa saja malah cenderung garing kalau berharap perayaan ulang tahun yang gemerlap dan ramai. Dari bincang santai penuh kekeluargaan saya dengar ada ide untuk membuat TBM di Penombo Pantai Harapanjaya Muaragembong dan di Wates Kedungjaya Babelan. Alhamdulillah, kalau Rumah Pelangi bisa memberi inspirasi, itu lebih dari sebuah kado spesial di ulang tahun Rungi yang pertama ini. :)
Milad Rumah Pelangi Bekasi Sukawangi

“Humble living does not diminish. It fills. Going back to a simpler self gives wisdom.” - Rumi



Apa yang biasa kita lakukan saat berulang tahun?
Yang paling umum syukuran tentunya, bersyukur telah dapat melewati semua suka duka selama 1 tahun, mereview kembali tujuan awal dan menilai sudah sampai manakah langkah lalu kemudian hendak ke mana lagi?

Tidak jarang seremonial ulang tahun lebih menampilkan kemasan hura-hura, pesta dan meriahnya selebrasi acara daripada poin-poin di atas tadi, me-review, muhasabah dan menentukan langkah selanjutnya.

Acara "Nemu Taun" atau milad Rumah Pelangi ini digagas dadakan tanpa persiapan berarti


Saya berulang kali ditanyakan, "jadi gak kita rayakan ulang tahun Rungi?". 

Saya hanya menjawab tidak tahu, karena hari ulang tahun Rungi sendiri memiliki beberapa versi tanggal, karena memang tidak pernah ada kesepakatan kapan tepatnya Rungi ini lahir. 

Jika acara Nemu Taun Rungi dipilih Hari Rabu tanggal 16 Agustus pada hari kerja tentu teman-teman memiliki tujuan atau minimal alasan memilih tanggal itu, saya hanya ikut saja :)

Jam 8 malam saya baru bisa tiba di Rumah Pelangi Bekasi, saat saya datang sudah banyak keluarga Rungi dan sahabat-sahabat yang datang. Dengan sound system yang sederhana dan seadanya, adik-adik Rungi mempersembahkan satu persatu tarian yang telah mereka latih sebelumnya, ada juga yang baru beberapa jam sebelumnya baru dipelajari, dilanjutkan lantunan lagu-lagu balada dan kritik sosial dari Iwan Fals dengan hanya diiringi gitar, dilanjutkan dengan bernyanyi bersama dan pembacaan puisi-puisi hingga doa dst.

Sederhana saja, sesederhana saat kami bersepakat mendirikan dan menghidupkan TBM Rumah Pelangi Bekasi setahun lalu. 


Bagi yang berharap selebrasi milad rungi akan diselenggarakan besar-besaran maka harus menyimpan harapannya hanya dalam hati saja, karena bagi saya acara Nemu Taun Rungi berpuncak pada diskusi tentang peranan pemuda dalam sebuah perubahan.

Untuk adik-adik Rungi, mungkin puncak acara adalah pada saat sesi ujuk kabisa tarian dan puisi, atau saat haru berisi air mata saat meniup lilin kue ulang tahun bagi adik-adik yang masih remaja, atau sesi pembacaan doa penutup acara. 


Dengan berbagai lapisan keluarga Rungi yang seperti ini, masing-masing dapat memilih sendiri atau menentukan; di mana puncak acara Nemu Taun Rungi versi mereka sendiri

Soal peranan pemuda ini juga bukan tema resmi, diskusi ini mengalir saja, kami menyebutnya "kongres" (kongko enggak beres-beres), mengalir sesuai perkembangan dengan moderator yang pulang sebelum kongko selesai dan akhirnya saya ambil alih untuk menutup sesi karena sudah pukul 2 pagi dan saya akan pamit pulang, istri saya sudah sangat mengantuk saat itu. Sesi selanjutnya dilanjutkan hingga menjelang subuh oleh yang masih tinggal.

Mengalir seiring malam, "kongres" atau diskusi dengan tema peran pemuda ini mendapuk Endra Kusnawan sebagai pemantik diskusi yang memaparkan peranan pemuda dalam sejarah dan merefleksikannya di masa sekarang. Ngalor-ngidul dari sejarah Bekasi dalam buku yang ditulisnya hingga detik-detik proklamasi kami diskusikan untuk menilik peran pemuda saat itu.

Peristiwa Rengasdengklok tahun 1945 merupakan bukti sejarah peran generasi muda dalam upayanya mendesak generasi tua agar mempercepat proklamasi sebagai pengalihan kekuasaan dari Jepang yang sudah menyerah pada sekutu dan bertugas menjaga status quo di Indonesia. Pemuda saat itu mempercayakan Soekarno dan Hatta yang telah mereka kenal rekam jejaknya saat muda untuk membacakan proklamasi dengan mengatasnamakan Rakyat Indonesia.

generasi tua adalah generasi yang sudah mapan, jangan harap ada gagasan perubahan dari generasi tua

"Saya miris kalau melihat anak muda sekarang tidak peduli dengan lingkungannya", kalau gak salah ingat demikian kata Bang Endra Kusnawan. Saya mengaminkan, karena generasi tua adalah generasi yang sudah mapan, jangan harap ada gagasan perubahan dari generasi tua. Kalau menurut saya sih, mereka (generasi tua) tidak menghalangi ide perubahan saja sudah patut disyukuri, nah kalau sampai ada generasi tua mendukung perubahan dengan mengayomi dan berbagi pengalaman itu baru keren. Saya rasa generasi muda yang nekat menculik dwi tunggal Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok itu sudah berada di batas ambang toleransi kepada generasi tua yang mungkin mereka nilai lambat menyikapi situasi saat itu :D

Dalam kesederhanaan akhirnya Nemu Taun Rungi berjalan lancar, biasa-biasa saja, malah cenderung garing kalau berharap perayaan ulang tahun yang gemerlap dan ramai. Dari bincang santai penuh kekeluargaan saya dengar ada ide untuk membuat TBM di Penombo Pantai Harapanjaya Muaragembong dan di Wates Kedung Jaya  Babelan. Alhamdulillah, kalau Rumah Pelangi bisa memberi inspirasi, itu lebih dari sebuah kado spesial di ulang tahun Rungi yang pertama ini. :)

Selamat ulang tahun Rumah Pelangi Bekasi :) Tetap sederhana dan menginspirasi.
"Kesederhanaan tidak akan mengurangi apapun, justru akan mengisi kehidupan dengan kebijaksanaan" - Rumi.

Foto by Roron


9 komentar

  1. Selamat Ulang Tahun Rungi, tetaplah Tumbuh dalam kesederhanaan yang bijaksana. Suka banget sama tulisannya om bisot.😍😍
    1. Ditunggu tulisan elo Wak Ebreg :D
  2. Istiqomah
    1. Insya Allah :)
  3. keren kak
    1. Terima kasih kak :)
  4. Selamat milad Rumah Pelangi... moga selalu menginspirasi
    1. Amiiiin terima kasih kakak :) makasih sudah mampir
  5. Nice share, sudah pernah ke rumah pelangi, inspiratif dan asyik
No Spam, Please.