Review The Floating Castle (2012) | Film sejarah yang renyah

Film berlatar belakang sejarah Jepang 1590, cita-cita Toyotomi Hideyoshi mendapat perlawanan dari Narita Nagachika di Oshi Castle The Floating Castle
The Floating Castle (Nobou no Shiro | のぼうの城)
Directors: Shinji Higuchi and Isshin Inudo
Rating: TBD
Country: Japan
Release Date: November 2, 2012 (Japan)

The Floating Castle (2012) | Film sejarah yang renyah

Film ini berlatar belakang sejarah Jepang 1590, sebuah kisah perjalanan penyatuan Jepang di bawah visi/cita-cita Toyotomi Hideyoshi yang mendapat perlawanan sengit dari Narita Nagachika dan pasukannya di Oshi Castle (The Floating Castle).

Awal film ini memang terasa agak membosankan, mungkin karena sutradara ingin membangun suasana Jepang masa lalu. Soal plot dan bagaimana kisahnya mungkin Anda dapat mencari referensi lain di sini saya lebih tertarik membahas karakter tokoh utama Narita Nagachika (Mansai Nomura) yang jauh dari gambaran seorang samurai. 

Namun sejarah mencatat keberhasilan seorang Narita Nagachika menahan serangan 20.000 tentara yang dipimpin Ishida Mitsunari dengan bantuan hanya sekitar 500 samurai dan para penduduk. (Dalam wikipedia dinyatakan 23.000 tentara Hideyoshi melawan 619 samurai dengan dibantu 2.000 petani dan penduduk sekitar Benteng Oshi).

Seperti apakah karakter Nagachika yang membuat Ishida menarik pasukannya dan memilih menggunakan taktik menenggelamkan Benteng Oshi?. Sedangkan Ishida adalah salah satu pemimpin perang utama Hideyoshi dengan pengalaman memimpin perang yang cukup berhasil.

Dalam film ini tokoh Nagachika sama sekali tidak ditampilkan sebagai seorang samurai dengan kemampuan bermain pedang ataupun seni beladiri. Ia digambarkan sebagai pribadi sederhana yang lahir dalam lingkungan keluarga penguasa benteng Oshi. Orang biasa yang kelak mewarisi kekuasaan wilayahnya menggantikan kakak kandungnya Narita Ujinaga yang pergi berperang. 

Kesehariannya lebih banyak dia habiskan bermain bersama para petani di luar benteng. Ia ikut menanam padi, bermain dan ikut menari bersama kelas petani.

Sebenarnya pertempuran antara Ishida dan Nagachika tidak perlu terjadi jika saja Ishida tidak mengirim Masaie Natsuka sebagai juru runding ke Benteng Oshi yang sudah secara rahasia mengirim pesan menyerah kepada Hideyoshi. Lagipula sebelum pergi berperang, Narita Ujinaga juga telah berpesan agar sepeninggalnya benteng Oshi agar menyerah kepada pasukan Hideyoshi yang datang. 

Dalam perundingan dengan Nagachika, Masaie membuat permintaan-permintaan yang menurut Nagachika di luar batas wajar. Melawan kehendak kakaknya untuk menyerah dan tersinggung atas permintaan Masaie, Nagachika sebagai wakil Benteng Oshi akhirnya memilih berperang melawan pasukan Ishida.


500 Samurai Melawan 20.000 Prajurit

Awalnya para samurai yang mengabdi di Benteng Oshi kurang setuju dengan keputusan Nagachika, bagaimana mungkin 500 samurai bisa melawan 20.000 pasukan Ishida? 

Demikian juga para petani, mereka awalnya kecewa atas keputusan yang diambil oleh Benteng Oshi, namun setelah tahu yang mengambil keputusan adalah Nagachika yang mereka sebut Lord Bone, mereka justru berbalik mendukung dan siap berperang bersama Nagachika yang mereka kenal betul kesehariannya. 

Melihat respon kaum petani ini, Tanba, seorang samurai senior yang bertugas memberi kabar dan mempersiapkan petani untuk mengungsi atau ikut berperang mulai menyadari kecerdasan dan gaya kepemimpinan kharismatik ala tuan barunya Nagachika.

Nagachika tidak terlalu banyak berperan dalam pertempuran fisik yang selalu dimenangkan pihak Benteng Oshi, dari segala sudut serangan pasukan Ishida menyerang namun semua berhasil dipatahkan. Benteng Oshi yang dikelilingi rawa-rawa membuat pergerakan Ishida melambat dan taktik perangnya tidak bermanfaat, akhirnya ia memutuskan untuk menarik pasukannya dan menelan kekalahannya dalam serangan serangan fisik. 

Selanjutnya, meniru taktik Hideyoshi saat menyerang Benteng Takamatsu, ia menggunakan taktik banjir buatan untuk menaklukan Benteng Oshi. Menurut sejarah diperlukan waktu 6 hari bagi pasukan Ishhida untuk membuat bendungan sepanjang 26 KM dan lebih 10 hari Benteng Oshi terkepung banjir buatan tersebut.
The Floating Castle (2012) | Film sejarah yang renyah
Oshi Castle saat ini yang masih dikelilingi parit.

Saat banjir datang semua pengungsi tidak berani memasuki Benteng utama yang letaknya paling tinggi, kaki-kaki kotor pengungsi membuat penjaga dan pengungsi serba salah hingga akhirnya Nagachika datang dan mengotori kakinya lalu berlari masuk ke dalam benteng dengan diikuti para pengungsi dengan gembira. 

Nagachika memahami keengganan pengungsi memasuki benteng, karenanya ia bersama dengan Kaihime memutuskan untuk ikut mengotori kakinya lalu memberi contoh memasuki benteng yang berwibawa itu dengan kaki berlumpur.
The Floating Castle (2012) | Film sejarah yang renyah
Oshi Castle diserang banjir

Cara berpikir Nagachika yang sering dianggap badut oleh sebagian orang ini sulit diterima dengan akal sehat, namun sampai akhir film terbukti semua taktik yang ia jalankan berhasil.

Setelah sekian hari terkurung banjir, secara mengejutkan Nagachika mendatangi garis depan, dengan rakit ia melakukan tarian menanam padi yang ia pelajari dari para petani. Tarian yang menghibur para pengungsi dan sebagian besar pasukan Ishida. 

Kaihime anak dari Narita Ujinaga paham kalau Nagachika sengaja melakukan provokasi kepada kubu Ishida. Strategi Nagachika berhasil, ia ditembak oleh pasukan Ishida dan membuat para pengungsi dan petani di seberang bendungan marah lalu membantunya merusak bendungan.

Singkat cerita Benteng Oshi menyerah dan kali ini Ishida sendiri yang datang bertemu untuk bernegosiasi. Sekali lagi kecerdikan Nagachika diuji, dengan gayanya yang "cengengesan" ia berhasil mengatur kesepakatan. 

Di akhir cerita, Ishida Mitsunari mengakui bahwa satu-satuya Benteng dari Hoju Clan yang masih bertahan adalah Benteng Oshi di bawah pimpinan Nagachika.
The Floating Castle (2012) | Film sejarah yang renyah
Ishida Mitsunari mengawasi perang

Di balik kelakuannya yang lebih seperti badut, Nagachika membuktikan banyak hal. Ia berhasil memenangkan hati para petani, baik yang bersamanya ataupun yang melarikan diri sebelum perang. 

Film ini masuk dalam kategori Drama-Komedi dengan latar belakang sejarah yang dikemas sangat baik dari segi properti film dan adegan-adegan action yang tidak kalah dengan film kolosal ala mandarin. Biar kayak resensi film maka saya pribadi memberi nilai film ini 75 dari 100. Bintang 4 dari 5 :)

Seandainya kisah Kaihime juga ditampilkan lebih maka akan saya kasih 5, karena menurut referensi yang saya baca, perang ini selain dipimpin Nagachika juga dipimpin oleh Kaihime, seorang putri yang katanya cantik dan pemberani. :)

Selfnote:
Sun Tzu's art of war: "Jenderal yang terampil akan membentuk lawannya, sementara ia sendiri tanpa bentuk.".

Trailer filmnya:  


 

Posting Komentar

No Spam, Please.