Pesan Cinta dari Muara Gembong

Perempuan berhanduk asyik mandi mencuci, anak-anak tak jelas mandi air atau lumpur, para lelaki menyiapkan kapal kayu sambil menyiduk air dari perahu
Pesan Cinta dari Muara Gembong

Ini kali kesekian kunjungan saya ke Muara Gembong. Belom sehitungan jari tangan sih, karena jauhnya jarak yang membentang, juga karena kesempatan yang begitu mahal yang sangat jarang datang. Maka ketika tawaran itu menghampiri, saya akan  tolak dengan tegas, menolak untuk bilang tidak  😂😂😂.

Mewakili komunitas The Sisters yang pengen ikutan berpartisipasi di acara baksos untuk musibah banjir rob yang menyapu habis area tambak siap panen milik para petani dan buruh tambak di sebagian wilayah Muara Kuntul Pantai Sederhana Muara Gembong dua pekan lalu, saya angkut bantuan yang berhasil digalang. Gak seberapa memang, nekad aja pasti akan diterima dengan tangan terentang.

Buat saya, Muara Gembong itu punya segudang kesan dan pesan. Pemandangan sungai dan suasana laut yang eksotis, bisa bersanding kontras dengan potret kemiskinan yang berjajar di sepanjang aliran anak Sungai Citarum. 

Suasana sungai yang tenang, dengan air kecoklatan yang congkak dan tetap indah meski berhias gubuk-gobuk rombeng atau tempat buang air dengan penutup kain sarung. 

Para perempuan berhanduk yang asyik mandi dan mencuci, anak-anak yang tak jelas antara mandi air atau mandi lumpur, sementara para lelaki mereka menyiapkan kapal-kapal kayu sambil menyiduk air dari perahu dengan menggunakan gayung. 

Pesan Cinta dari Muara Gembong

Buat saya, itu semua adalah pesan cinta dari Tuhan yang menyapa mata jiwa saya agar selalu terbuka. 

Mulai dari ayat, Iqra. Iqra. Iqra. BismiRabbikalladzi khalaq. Sampai kepada Rabbana maa khalaqta haadzaa batiila.  Dari Allah, maka kembalikan semuanya pada Allah. 

Adalah kehendakNya saya sampai di usia 42 thn baru bertemu dengan makanan lezat yang namanya Kepiting rebus di tempat yang jauh ini. Adalah kehendakNya saya diantarkan Allah untuk bisa  sampai di tempat ini. 

Dan tak pernah saya sesali sebab dengan caraNya yang seperti ini Dia mengajari saya arti bersyukur dan memahami makna dzikir yang hakikatnya meliputi lisan, fikir, hati dan jiwa. Tanpa harus ditampakkan ketundukannya, tanpa harus dilafadzkan lewat komat-kamit bibirnya. 

Batin yang berdzikir, hati yang berdzikir. Betapa Allah Maha Berkuasa melalui setitik noktah "majelis i'tibar" yang bernama Muara Gembong. 

Kembali hati ini harus takluk. Saat panorama senja di ujung Kabupaten Bekasi ini menebar pesonanya yang membius. 

Pada aliran sungai kecoklatan yang tenang, memeluk samudera di bawah sinar surya yang keemasan berselimut kelabu sang awan, kapal-kapal nelayan yang pelan melintas, bersama setumpuk harap dan untaian doa setiap nelayan yang memasrahkan diri dan jiwa dalam pelukan samudera. 

Cinta Allah,  yang terserak di alam nyata. Dan pesan cinta itu, kutemui di sebuah tempat, bernama Muara Gembong. 

#maks 

Penulis: Sri Suharni
Kamis, 18 Januari 2018

Posting Komentar

No Spam, Please.