Jangkrik Yang Malang, Kalajengking Yang Kejam

Si jangkrik pantang mundur, sibuk berloncatan menghindari capitan dan sengatan si kalajengking. Sesekali ia berhasil menyeruduk kalajengking

 Jangkrik Yang Malang Kalajengking Yang Kejam


Jangkrik VS Kalajengking


Hari yang aneh. Sebentar hujan, sebentar panas. Bosan menunggu handphone yang sedang bisu, akhirnya nongkrong di pelataran ruko lagi.

Pas ada jangkrik yang sedang berkelahi dengan kalajengking. Sepertinya si jangkrik ini pemberani, padahal dia hanya bisa menyeruduk. Sedangkan kalajengking punya capit tajam dan sengatan ekor belakang yang berbisa. 

Seru juga melihatnya. Si jangkrik pantang mundur, sibuk berloncatan ke sana ke mari, menghindari capitan dan sengatan si kalajengking. Sesekali ia berhasil menyeruduk mengenai tubuh kalajengking yang tebal.

Kalajengking hanya tersenyum sinis. "Cuman segitu doang kemampuanmu,?" mungkin begitu yang ada di pikiran Kalajengking. 

Setelah berkali-kali ia mencapit, menyengat, tetapi tidak kena-kena, akhirnya kesal juga. Segera ia menggunakan strategi ampuh. Capitnya ia turunkan, ekor sengatnya ia sembunyikan. Seakan tak bersenjata, dia hanya berdiam, menunggu serudukan si Jangkrik.

Jangkrik, yang melihat kesempatan itu, langsung mengambil tindakan, dengan kuda-kuda yang kuat, ia melompat sambil menyeruduk dengan tenaga penuh. Yang tempo hari berhasil membuat raja jangkrik tak berdaya saat melawannya.

Huupp!
Krekkk!
Buk!

Tubuh si Jangkrik melayang lalu jatih ke tanah. Tubuhnya terbelah dua. Sebagian hangus tersengat racun.


Jangkrik yang malang, Kalajengking yang kejam.


"Huh! Curang! Ya jelas saja dia menang, senjatanya banyak! Capit, sengat! Curang!," kata orang yang ikut menonton di sebelahku.

"Yaelah! Jangkriknya aja yang gak tau diri! Gak punya senjata maen lawan kalajengking! Ya mati konyol, kan?" kata orang di sebelahnya.

Ramai orang-orang berbincang perkelahian yang tak seimbang itu. Sementara si Kalajengking berjalan menuju lubangnya dengan gagah, dada dibusungkan, bangga dengan kemenangannya. Aku hanya tertegun, melihat tubuh jangkrik terbelah dua. 

Pikirku, seandainya saja si Jangkrik dipinjami capit atau sengat, tetap tak akan mampu melawan kalajengking yang semasa hidupnya memang terlatih menggunakan senjata di tubuhnya itu.

Hanya saja, jika si Kalajengking punya rasa kebinatangan, melihat Jangkrik yang bukan lawan sepadan, pasti ia hanya menggunakan ekornya untuk mengibaskan Jangkrik agar pergi jauh-jauh sebagai peringatan.

Atau jika terdesak, ia bisa menggunakan capitnya untuk memotong kaki Jangkrik sebagai pelajaran agar tak melawannya lagi.

Tapi memang dasar binatang. Ia malah memilih untuk membunuhnya. Sadis.

Orang-orang yang tadi berkerumun, bubar sendiri-sendiri bergumam tak jelas. Beberapa orang tertawa terbahak-bahak melihat Jangkrik yang tewas mengenaskan. Mereka pikir Jangkrik itu sombong, berani melawan Kalajengking. "Rasakan akibatnya, biar kapok," mungkin begitu pikir mereka.

Geram dengan kejadian barusan. Aku memutuskan mlipir saja. Mumpung matahari sedang terang. Berpanas-panasan mandi matahari, agar virus sialan terbakar tanpa perlu vaksin.

Sadis.

_________________
Penulis: Yous Asdiyanto Siddik 
Selasa, 8 Desember 2020

Posting Komentar

No Spam, Please.