Tentang Cita-cita dan Angan-angan

Berbahagia dengan yang kita miliki saat ini merupakan sebuah sikap positif yang jujur mengenai keadaan kita saat ini dan dari situlah kita inginkan perubahan. Perubahan ini harus muncul dari dalam diri kita, kita harus berubah agar dapat memanfaatkan kemungkinan-kemungkinan untuk mengubah keadaan di luar diri kita
Berbahagialah dengan apa yang kamu miliki, bersemangatlah dengan apa yang kamu cita-citakan. Begitu kira-kira kalimat motivasi yang pernah menyadarkan saya sedikit banyak makna "cita-cita".

Sementara ada yang masih memperdebatkan perbedaan angan-angan dan cita-cita dengan segala aspeknya mari kita menghindari perdebatan yang hanya membahas kulitnya saja. Pastinya kita paham inti perbedaan antara cita-cita dan khayalan atau angan-angan kosong yang dihasilkan oleh hawa nafsu sementara. Sulit mendefinisikan dan membedakan secara mutlak dengan kata-kata, tapi saya yakin semua orang paham bedanya cita-cita dan khayalan tanpa perlu berpanjang lebar mendefinisikan bahwa cita-cita adalah bla bla bla.


Tentang Cita-cita dan Angan-angan
Foto: Hepi Andi Bastoni 
Ada yang bilang angan-angan khayalan tidak baik bagi perkembangan daya pikir dan pribadi karena biasanya selain tidak berdasar, angan-angan tidak mengajak kita berpikir logis tentang bagaimana cara untuk mewujudkan angan-angan itu. Itulah tidak baiknya berpanjang angan yang biasa dikenal dengan melamun.

Sebaliknya, cita-cita adalah pandangan jauh ke depan yang memiliki tahapan-tahapan sesuai logika tentang bagaimana cara mewujudkannya. Dari visi itulah dapat disusun misi dan hal-hal yang harus kita lakukan dan penuhi untuk mewujudkan visi atau cita-cita kita.

Ambil contoh jika kita bercita-cita ingin menjadi Pramugari. Maka untuk mewujudkan cita-cita itu kita setidaknya harus banyak memiliki informasi mengenai keterampilan-keterampilan dan skil apa yang wajib dimiliki oleh setiap Pramugari. Kita harus mulai memahami tugas-tugas dan tanggungjawab seorang pramugari dan mulai memanfaatkan waktu kita untuk diinvestasikan dalam mempelajari keterampilan-keterampilan yang akan mendukung tugas seorang pramugari. Demikian juga jika kita bercita-cita ingin menjadi Pilot, Dokter dan berbagai profesi lainnya.

Singkat kata, cta-cita membutuhkan kesadaran akan kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kita dan menggunakan apa yang kita miliki saat ini untuk mengejar segala kekurangan-kekurangan itu bagaimanapun caranya.

"Berbahagialah dengan apa yang kita miliki, bersemangatlah dengan apa yang kita cita-citakan."

Berbahagia dengan yang kita miliki saat ini merupakan sebuah sikap positif yang jujur mengenai keadaan kita saat ini dan dari situlah kita inginkan perubahan. Perubahan ini harus muncul dari dalam diri kita, kita harus berubah agar dapat memanfaatkan kemungkinan-kemungkinan untuk mengubah keadaan di luar diri kita. Perubahan dari dalam ke luar ini  wajib dan prosesnya tidak bisa dibalik. 

Apa yang kita miliki saat ini? Minimal kita memiliki waktu dan pikiran. Jangan remehkan pikiran kita sebagai sumber tenaga yang bisa mendorong perubahan dan memperkuat mental kita saat berjuang dalam memperjuangkan sebuah cita-cita.

Ibn Al-Jauzi dalam kitabnya “Shaidul Khatir” menyampaikan pesan yang kurang lebih bermakna, “Barangsiapa yang menggunakan pikirannya yang jernih, niscaya pikirannya itu akan mengantarnya pada kedudukan yang mulia, dan mencegahnya dari sikap ridha terhadap kekurangan dalam segala hal.”

Pikiran yang jernih adalah modal yang sangat penting untuk kita dalam perjuangan menghadapi kehidupan. Pikiran yang jernih ini jauh dari pikiran-pikiran negatif yang memandang sempit kehidupan. Asah pikiran dan gunakanlah untuk kebaikan, minimal untuk kebaikan diri sendiri sehingga dapat bermanfaat bagi alam bagaimanapun caranya. Dengan berpikir jernih, manusia akan terbebas dari bergantung kepada selain Allah. 

Ibn Al-Jauzi memberikan tips agar kita dapat berpikir jernih, yaitu hanya memohon kepada Allah SWT, pencipta segala macam sebab. “Kembalilah pada asal mula yang pertama. Mintalah dari Dzat yang menciptakan sebab. Duhai… betapa beruntung dirimu bila engkau berpikir dan bisa mengetahuinya! Karena mengetahui hal itu berarti (mengerti) hakikat dunia dan akhirat.”

Btw buku Shaidul Khatir karya Ibn Al-Jauzi ini saya rekomendasikan buat teman-teman yang membutuhkan asupan teknik-teknik "self help" dan memperkaya wawasan sari kebijaksanaan pemikiran-pemikiran cendekiawan muslim klasik.

Begitu saja catatan sore ini, semangat selalu buat kalian yang masih berjuang dalam mengejar cita-cita, jangan pernah menyerah hingga berhasil.

Lelah boleh, menyerah jangan :)




Posting Komentar

No Spam, Please.