Sekitar akhir tahun 1980-an di Kampung Pekuning / Pakuning (saya dulu menyebutnya Pulo Kuning), yang sekarang terletak di Desa Sukarapih Kecamatan Tambelang Kabupaten Bekasi.
Dahulu saat saya kecil, desa ini adalah sebuah desa dengan hamparan sawah dan ladang yang subur membentang. Keseharian saya hanya mencari ikan (ngebak) dan ikut memancing saat siang. Kalau masa jemur padi ya iseng-iseng ikut menjaga jemuran padi dari gangguan ayam dll.
Selain itu saya tidak dibolehkan ikut, seperti memotong padi dan semacamnya, Nya Aji melarang saya ikut. (mungkin khawatir akan ada masalah yang akan saya buat).
Sesekali ikut ngobor lindung dengan Lampu Petromax saat malam seusai bubar pengajian mengisi ingatan saya kalau mendengar nama kampung ini disebut.
Suasana malam yang sepi akan berubah menjadi ceria kalau ada keriyaan (keramaian hiburan hajatan), layar tancap bisa menjadi alasan untuk berkumpul bersama teman-teman dan menginap di mana saja, pulang pagi sudah pasti.
Setelah hampir 30 tahun, samar-samar hanya beberapa nama yang masih mampu saya ingat.
Soal kenangan masa kecil saya di sana banyak sekali, salah satunya, yang masih sering diceritakan keluarga besar yaitu... Saat Nyak Aji (demikian saya memanggilnya sejak kecil) mengadakan keriyaan besar-besaran dalam rangka sunatan anak bungsunya. Kerabat saudara dari mana-mana datang berkumpul, menginap dan ngobrol sampai larut malam.
Saya suka mencuri dengar kalau orang-orang tua sedang berbincang bebas, kisah-kisah apa saja saya dengar termasuk cerita soal bekakak. Entah dari siapa saya mendengar cerita bahwa kepala bekakak ayam adalah jimat menang judi. Saat itu saya sedang suka-sukanya main koplok (dadu koprok), biasanya lapak judi dadu koplok ini di bagian belakang layar tancap.
Dari cerita yang saya dengar tentang jimat judi itulah kehebohan saat sunatan adik sepupu saya ini berawal, saya tahu benar seluk beluk rumah Nyak Aji dan di mana bekakak ayam bakar akan disimpan.
Kehebohan terjadi karena ayam bekakak hilang dari pendaringan, saya sebenarnya hanya mengincar kepalanya saja, tapi membayangkan rasa lezat bekakak ayam bakar menggoda saya, akhirnya bekakak tersebut saya ambil seluruhnya dan saya makan di kolong tempat tidur di mana saya biasa menginap.
Saya gak sendirian, bersama saudara-saudara sepupu yang sebaya, saya menikmati ayam bakar yang gak bisa setiap hari ditemukan. Sampai sekarang mereka suka menceritakan kisah ini kepada anak-anaknya kalau saya ada bersama mereka.
Ayam Bekakak (ilustrasi) |
Banyak yang marah kepada saya, tapi ada juga yang mendukung saya, termasuk nenek saya dan Nyak Aji yang merupakan kakak ibu saya ini. Mereka membela saya karena pada dasarnya mereka tidak setuju dengan hal-hal klenik seperti itu. Sebagian keluarga hanya bisa memaklumi kenakalan saya sebagai kenakalan anak kecil yang belum tau apa-apa.
Apakah saya menang saat main judi dadu koplok malamnya? Ternyata enggak, malah kepala ayam yang saya simpan di kantong celana dikerubuti semut dan bikin gatal, akhirnya saya buang jimat yang sudah dikerubuti semut itu.
Sehat selalu Nyak Aji.
Alfatiha buat Baba Aji, Uwak, Engkong, Ende dan kerabat yang sudah almarhum.
26 / 02 / 2018