Offline Maupun Online, Tetaplah Bahagia

Kecerdasan intrapersonal membutuhkan kesendirian, perenungan kontemplasi tanpa gangguan dari dunia luar; agar punya waktu sendirian guna mencai tahu hakikat diri kita dan tujuan hidup, sehingga akan behubungan dengan kecerdasan spiritual. Sebaliknya, kecerdasan interpersonal membutuhkan sosialisasi organik, bertemu dengan orang lain, berjumpa komunitas secara langsung, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, berempati dan seterusnya yang berhubungan dengan kecerdasan emosional. Dengan memahami kebutuhan kita akan kesepian dan kesendirian maka kita idealnya tidak perlu takut dengan istilah Fear Of Missing Out (FOMO) atau KUDET (Kurang Update), karena secara psikologi kita memang butuh waktu untuk sekadar bermuhasabah, kontemplasi yang memerlukan kesendirian agar kesadaran nurani tetap terjaga. Situasi seperti ini ada yang menamakan Joy of Missing Out (JOMO) sebagai lawan dari FOMO.
"Our devices hold out the false promise that there is something more important, more urgent, more interesting than our present-moment experience."

Psikolog dan konsultan edukasi di Boston, Christopher Willard, PsyD., menulis dalam situs Mindful bahwa "perangkat komunikasi kita menciptakan ilusi bahwa ada hal yang lebih penting "di luar sana" dibanding pengalaman yang sedang dijalani saat ini".

Offline Maupun Online, Tetaplah Bahagia Social Media detox

Kawan, tekhnologi khususnya telepon genggam kita ini memang sebuah benda yang jika kita bisa terbang ke tahun 1973 - waktu di mana Martin Cooper dan timnya pertama kali menciptakan sebuah alat komunikasi yang kecil dan mudah dibawa bepergian secara fleksibel seberat 2 Kg - adalah benda yang paling banyak menyita perhatian kita saat ini.

Dalam 24 jam, berapa lamakah kita meletakkan handphone kita?

Apapun alasannya menurut Willard, telepon kita ini tidak dirancang untuk bersikap netral, mereka diciptakan untuk membuat kita "tetap terhubung" dengan layanan perpesanan, sosial media, situs belanja, dan berbagi data dengan raksasa marketing, korporasi, dan pemerintah ... oh yah, tentu saja dengan teman dan keluarga kita juga sebagaimana diiklankan banyak pihak. :)

Dari segala sisi positif yang sudah kita ketahui dan rasakan, tidak kalah banyak juga orang yang telah memperingatkan sisi negatif dari kecanduan tekhnologi ini.

Dari banyak sisi negatif yang disuarakan, saya hanya menyayangkan jika kecanduan tekhnologi membuat kita kehilangan kesempatan untuk mengasah "kemampuan intrapersonal" dan "kemampuan interpersonal".
 

Ketahuilah kawan, bahwa kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal adalah 2 soft skill yang sangat penting bagi kehidupan saat ini hingga masa mendatang.

Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami kekuatan dan keterbatasan diri, kesadaran akan suasana hati, kehendak, motivasi, sifat, keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, dan menghargai diri.

Sedangkan Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi.

Dari dua kecedasan itu, ada dua hal yang kontradiktif untuk mengembangkan 2 skill tersebut.

Kecerdasan intrapersonal membutuhkan kesendirian, perenungan kontemplasi tanpa gangguan dari dunia luar; agar punya waktu sendirian guna mencari tahu hakikat diri kita dan tujuan hidup, sehingga akan behubungan dengan kecerdasan spiritual.

Sebaliknya, kecerdasan interpersonal membutuhkan sosialisasi organik, bertemu dengan orang lain, berjumpa komunitas secara langsung, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, berempati dan seterusnya yang berhubungan dengan kecerdasan emosional.

Dengan memahami kebutuhan kita akan kesepian dan kesendirian maka kita idealnya tidak perlu takut dengan istilah Fear Of Missing Out (FOMO) atau KUDET (Kurang Update), karena secara psikologi kita memang butuh waktu untuk sekadar bermuhasabah, kontemplasi yang memerlukan kesendirian agar kesadaran nurani tetap terjaga. 

Situasi seperti ini ada yang menamakan Joy of Missing Out (JOMO) sebagai lawan dari FOMO.

Pun, dengan memahami kebutuhan berinteraksi sebagai makhluk sosial, kita secara sadar akan memanfaatkan tekhnologi dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal. Namun idealnya bersosialisasi secara online tetap harus diimbangi dengan sosialisasi offline agar kemampuan kita berempati dan berkomunikasi secara fisik dapat lebih terasah.

Jadi, kenapa harus takut dengan FOMO? padahal saat itulah kita bisa menikmati apa yang orang kekinian disebut JOMO. Pada akhirnya, bagaimanapun kondisi kita, offline ataupun online, tetap sadar diri dan ... jangan lupa bahagia.

Adaptasi dari: Eksis di Media Sosial Tak Selalu Menguntungkan.


#NulisRandom2017 Hari ke-7


4 komentar

  1. Saya bisa sih ga pegang hape seharian, tapi waktu paket data habis :(
    1. :) musti lebih rajin cari endorser biar pulsa dan paket unlimited kak hehehehe
  2. cadi pengen nyobain ngga pakai hp seharian deh
    1. Boleh dicoba, melatih fokus dan mengatur kembali prioritas :)
No Spam, Please.