Malam masih muda saat kita masih tertawa bersama, bercerita tentang dunia masing-masing yang semakin menenggelamkan kita di mimpi yang hanya kita yang memahami, aku dalam mimpi-mimpiku, kamu dalam lamunan-lamunanmu, tidak ada hubungan antara aku dan kamu kecuali saat ini waktu mempertemukan kita dalam kencan hayal yang tampaknya menyenangkan... (aku selalu senang bertemu kamu, mudah-mudahan engkaupun begitu).
Aku sempat menyusuri kenangan-kenangan yang kamu tuturkan, aku meramunya dengan persepsiku sendiri, seperti film: dimana kamu menjadi bintang filmnya, aku bagian dekorasi, kamu menjalankan peranmu secara independen aku hanya mendekorasi kenanganmu agar mampu aku jadikan nyata dalam imaji.
Saat matahari telah mengusir malam dan kita masih saja asik dalam kesendirian masing-masing yang mulai meletih, tatapan matamu menjelaskan bahwa sudah waktunya kita mengemas kembali segala impian lalu kembali hidup menjadi robot bernyawa sesuai dengan peran skenario sosial.
Kita berpisah tanpa sempat saling mengenal karena semalaman ini kita hanya sibuk dengan diri kita masing-masing. Mungkin kita akan bertemu lagi dan mungkin juga tidak. Aku hanya mengenalmu dari segala makna yang aku terjemahkan sendiri kemudian aku beri nama #Kamu. Kamu... malam dan masih dengan kopi yang sama.