malam

Malam, begitulah aku memanggilmu. Bukan karena ku tak mengenal namamu, namun karena aku takut menyebut nama itu, setiap hati ini mengeja namamu, selalu ada rasa tak bernama yang beraroma duka.

Malam, begitulah aku mengenalmu. Bukan karena aku asing dengan tatap mata dan desah nafasmu, atau kulit halusmu, bukan. Namun setiap kumengingat senyum itu, aku hanya melihat pekat gelap yang tak dapat kutembus, aku takut gelap kekasihku.

"Kita bisa saja melalui malam ini bersama, di sini hingga pagi" ucapmu lembut.
Aku tak dapat berkata. Tak ingin kata menjelma luka, ku tak pernah ingin melukaimu. Namun akhirnya jauh sesudah malam itu, kutahu bahwa kediamanku justru melukaimu.

***

Malam semakin larut. Gelap sunyi.
"Hanya tinggal kita di sini."
"Ya."
"Indahnya, malam ini. Andai malam takkan pernah berakhir, aku ingin mati di sini, dekatmu"

***

Malam, maafkan aku. Kita harus berpisah di persimpangan jalan ini.
"Kenapa?"
Aku sudah memilih jalan yang kutahu akhirnya. Mungkin juga kamu, namun aku tak dapat melangkah di jalanmu walau sejenak. Pertemuan kita hanya untuk berpisah di persimpangan, kau pun tahu itu.

***

Posting Komentar

No Spam, Please.