Artikel Muncul di Google dan Dicintai AI: Tips SEO Terkini

SEO, AEO, GEO hari ini adalah seni menciptakan kepercayaan digital bukan sekadar soal ranking. Tips SEO Terkini: Muncul di Google dan Dicintai AI
Artikel Muncul di Google dan Dicintai AI: Tips SEO Terkini Fadhli Sofyan
  Fadhli Sofyan 

Selasa pagi, 17 Juni 2025, saya mengikuti pelatihan online yang sangat membuka mata dan juga sedikit membuka luka sebagai penulis konten. Pelatihan itu bertajuk “Penulisan Artikel Online yang Ramah SEO – Tips Agar Tulisanmu Mudah Dicari di Google”, dibawakan oleh Fadhli Sofyan, Lead Social Media Team dan SEO TEMPO. Diselenggarakan via Microsoft Teams, sesi ini bukan sekadar berbagi tips SEO, tapi lebih mirip peta jalan menuju masa depan dunia tulis-menulis yang harus berdamai dengan AI.

Menurut Fadhli, lebih dari 60% pencarian di Google sekarang berakhir tanpa satu klik pun. Bukan karena artikel kita jelek, tapi karena Google sudah memberi jawabannya langsung di halaman pertama. Fenomena ini disebut zero-click search. Pengguna tidak perlu lagi masuk ke situs sumber, cukup baca cuplikan yang disajikan hasil pencarian, dan selesai.

Buat saya, ini seperti jualan es krim di depan pintu bioskop, lalu semua orang malah nonton di rumah pakai streaming. Frustrasi? Iya. Tapi sekaligus menantang.

Siapa Dalang di Balik Semua Ini? Ternyata biangnya adalah AI Overview, fitur baru hasil pencarian Google yang menyarikan informasi dari berbagai situs untuk disajikan instan kepada pengguna. 

Pada Maret 2025, fitur ini sudah muncul di lebih dari 13% pencarian, dua kali lipat dari Januari. Penggunaannya pun naik 10%.
Google sekarang bukan hanya mesin pencari, tapi juga mesin penjawab
Google menilai mana konten terbaik, merangkumnya, lalu menampilkannya. Konten kita hanya akan dikutip jika ringkas, jelas, dan langsung menjawab kebutuhan pengguna.

SEO Sudah Mati? Justru Naik Kelas!

Di titik ini saya merasa seakan SEO adalah dinosaurus yang punah. Tapi Fadhli menegaskan: SEO tidak mati, ia berevolusi. Ada tiga pendekatan baru yang harus kita pahami:
Jadi, kalau selama ini saya menulis artikel hanya dengan bekal feeling dan kutipan Wikipedia, kini waktunya berubah.

Empat Pilar SEO yang Wajib Diingat

Fadhli membagi pondasi SEO modern ke dalam empat pilar utama:

Empat Pilar SEO

1. Konten Berkualitas

Ini bukan soal panjang-pendek, tapi relevansi dan kejelasan. Misalnya, saat menulis tentang “cara mengurus KTP hilang”, jangan dulu cerita panjang soal sejarah KTP. Langsung ke intinya. Ringkas, tepat sasaran, dan menjawab pertanyaan pembaca sejak kalimat pertama.

2. On-Page SEO

Ini soal tata letak. Gunakan kata kunci di judul, manfaatkan heading (H1, H2, dst.) dengan urut, isi deskripsi meta, dan jangan lupa alt-text di gambar. Kalau diibaratkan, ini seperti menyusun dokumen lengkap dengan cover, isi, daftar isi, dan label-lab el penting agar mudah dibaca mesin.

3. Off-Page SEO

Pilar ini bicara soal reputasi. Backlink dari media besar seperti Kompas, TEMPO, atau lembaga resmi akan sangat berpengaruh. Tapi backlink bukan sekadar titip link ke teman—itu seperti rekomendasi kerja: semakin kredibel pemberinya, semakin berharga nilainya.

4. Technical SEO

Yang sering kita lupakan. Kecepatan akses, struktur URL, mobile-friendly site, hingga sitemap XML semua memengaruhi performa artikel. Kalau laman kita lambat dibuka, maka sebaik apapun tulisannya, pembaca sudah kabur duluan.

E-A-T: Tiga Huruf Sakti di Mata Google

Google tidak sekadar melihat isi konten, tapi juga siapa yang menulis dan seberapa dapat dipercaya. Ini disebut prinsip E-A-T:
  • Expertise: Ditulis oleh orang ahli.
  • Authoritativeness: Memuat tautan ke sumber resmi.
  • Trustworthiness: Menggunakan domain yang kredibel, profil penulis tersedia.
Contoh konkret? Artikel finansial yang ditulis oleh konsultan keuangan bersertifikat dan mengutip regulasi OJK jelas lebih unggul dibanding tulisan opini tanpa sumber.

Pahami Niat Pembaca: Search Intent

Fadhli juga menyoroti pentingnya memahami search intent. Ada empat jenis niat pencarian:
  • Informational: Pembaca ingin tahu (misalnya “apa itu inflasi?”).
  • Navigational: Ingin mengakses situs tertentu (“login pajak.go.id”).
  • Commercial: Membandingkan opsi sebelum beli (“bank dengan bunga deposito tertinggi”).
  • Transactional: Siap melakukan aksi (“daftar e-faktur online”).
Jika kita mencampur semuanya dalam satu artikel, maka konten jadi kabur dan tidak fokus. Inilah mengapa penting untuk merancang artikel dengan niat pembaca sebagai panduan utama.

AI Bisa Bantu, Tapi Jangan Percaya 100%

Boleh pakai AI untuk menulis? Sangat boleh! Tapi, kata Fadhli, "Gunakan AI sebagai asisten, bukan sebagai penulis otomatis." AI seperti ChatGPT bisa bantu kita riset, menyusun kerangka, bahkan menyunting. Tapi sentuhan manusia tetap diperlukan untuk menjamin empati, akurasi, dan nada yang sesuai.

Contoh kecil? Saat menjelaskan cara menggoreng tempe agar tidak meledak, AI bisa bilang: “Goreng di minyak panas.” Tapi kamu yang tahu bahwa rahasia sebenarnya adalah menusuk tempe dengan garpu agar uap bisa keluar. Nah, AI belum bisa meniru pengalaman hidupmu itu.

SEO Bukan Ilmu Hitam, Tapi Ilmu Bertanggung Jawab

Pelatihan ini membuat saya sadar bahwa menulis artikel online tidak bisa asal-asalan. 

Kita harus strategis, memahami audiens, dan menyusun konten layaknya arsitek membangun rumah: kuat dari pondasi, nyaman dibaca, dan jelas tujuannya. 

SEO hari ini adalah seni menciptakan kepercayaan digital bukan sekadar soal ranking, tapi tentang memberi nilai nyata untuk manusia dan mesin.

Saya mencatat banyak dari pelatihan ini, bukan hanya dengan catatan, tapi dengan kesadaran baru: kalau saya tidak belajar menulis dengan cara baru, artikel saya akan terus ditinggal pembaca—dan AI.


Posting Komentar

No Spam, Please.