Lebaran di Kampung Dua Bekasi

Dulu, masyarakat Cikunir jika ingin berkunjung ke Kranji atau kampung lain di sebelah rel kereta api Stasiun Kranji, jika bersilaturahmi berjalan kaki, dapat dipastikan sering lewat Kampung Dua
Lebaran di Kampung Dua Bekasi
ilustrasi lebaran tempo doeloe  
Kalo ujan begini jadi inget masa lalu..
..... .... ....

Lebaran di Kampung Dua Bekasi


By : Fahmi BenHud

Kampung Dua di tahun-tahun silam sangat mempesona, puasanya sebulan maka lebarannya pun sebulan.

Setiap keluarga saling bertegur sapa, ucap maaf maafan saling mengenali satu sama lain. Saling mengingatkan saudara yang lupa bahwa kita masih sodara, saling menyambungkan khobar yang terputus karena jarangnya ketemu, rasa persaudaraan semakin manis, lebih manis dari kenangan sang mantan.

Kampung Dua pada masa silam merupakan tempat perlintasan dan tempat transit (mampir) saudara-saudara kami dari kampung Cikunir yang menuju kampung Kranji. Dari selatan ke Utara, dari ngidul ke ngalor atau sebaliknya, dari Kranji ke kampung Cikunir. Baik dalam menyambung silaturahmi ke rumah sanak famili atau pun dalam berniaga /perdagangan di bulan puasa atau pun menjelang lebaran sampai di hari raya. Perjalanan lalu-lalang masyarakat di Kampung Dua masih dapat kami rekam pada masa masa silam.

Dulu, masyarakat Cikunir jika ingin berkunjung ke Kranji atau kampung-kampung lain di sebelah rel kereta api Stasiun Kranji, jika bersilaturahmi pasti berjalan kaki, sehingga dapat dipastikan sering lewat Kampung Dua, hal ini membuat kami saling mengenal.

Saling bertegur sapa, ketemu saudara, oleh karenanya dapat dipastikan kami kenal anak cucu keturunan dari aki anu, engkongnya anuh, uwaknya anuh, sampai bahkan kami mengenal anak cucu keturunan ke atas maupun anak keturunan ke bawah. 
Kami dapat mengenalinya, karena kami masih punya semangat menyambung yang terputus

Kalo dibandingkan sekarang, ah entah bagaimana kalo sekarang mah, lewat di jalan pun kadang ngajak perang. (karena berisiknya/ ngebut laju kendaraan yang digunakan)

Tapi berlajunya zaman membuat kita harus mengikuti zaman. Miris sudah pasti, silaturahmi jalan kaki berganti kendaraan; sepeda, motor, oplet, mobil coltbak, mobil pribadi, koasi, mikrolet, helikopter? dan lain-lain. Melewati jalur Kampung Dua tentunya kita semua rata-rata bersaudara dari kampung Cikunir, Cibening, Kranji, Bintara dan Kayuringin dan sekitarnya.

Eh iya, sebagai tambahan, saya masih ingat masa kecil saya beranjak remaja dengan para pemuda kampung dua kalo berlebaran hampir sebulan penuh bersilaturahmi dengan berjalan kaki (walaupun kami punya motor),  berjalan kaki menuju sanak famili.

Kalo kata Baba Bosang mah, "Lebaran zaman dulu cape, mikul elang ke sonoh ke mari bawa makanan nyampenya ke kuburan."

"Itu mending kalo kaga ujan, kalo ujan kon manaan belok, jalanan ampe ludruk, tempo tempo kepleset mana'an baju baru, sudahan tengkat mah ampar amparan."

Kalo kata syair Ismail Marzuki lebaran "Hilir mudik jalan kaki pincang sampai sore, kakinya pada lecet babak belur pada brabe." 

Bersilaturahmi dengan para guru ngaji di ujung pojok Kampung Dua, dan kadang kami mampir juga bersilaturahmi di tempat orang tua para sesepuh yang mempunyai anak gadis yang kami kagumi di kampung kami, uhuy.

Last but not least, sengaja saya tidak mendetailkan cerita lebaran di kampung saya ini untuk mempertanyakan bagaimana cerita lebaran di kampungmu pada masa silam?.

Dan pada akhir kalam, tentunya dengan pandemi Covid-19 tahun ini mengubah lagi adat kebiasaan kita berlebaran. *Ya salaaam, salimna mimma nakhof.

NB : Ket..Poto hanya ternukil saja, entah itu di mana.

Selamat menyambut lebaran 1441 Hijriyah.

====

Catatan editor: *Ya salaam, salimna mimma nakhof.
Wahai Pemberi Keselamatan (salah satu Asmaul Husna), selamatkanlah kami dari apa yang kami takuti. 



Posting Komentar

No Spam, Please.