Belajar dari Tukang Jemuran

Kenapa sih orang merantau selalu berhasil?

Yah Alhamdulillah, mungkin perantau yang dia temui selalu perantau yang berhasil, padahal perantau yang belum berhasil (gak berani bilang tidak berhasil selama orang itu masih berusaha) juga banyak kok.

Seperti seorang bapak yang beberapa bulan lalu saya gunakan jasanya untuk memperbaiki jemuran. Saya gak bisa bilang dia seorang perantau yang gagal, maka sebut saja perantau yang belum berhasil. Itupun saya masih mempertanyakan standar bagaimana yang digunakan untuk menentukan berhasil atau tidaknya seorang perantau. Ribet kan? Iya, saya suka yang ribet-ribet kecuali urusan.... Ah sudahlah, entar malah baper 😊

Belajar sikap attitude dari Tukang Jemuran

Si bapak ini "all out", serius menjalani profesinya sebagai servis jemuran. Bahkan dia bilang, "saya jamin sampai saya datang lagi jemuran ini belum rusak".
"Emangnya bapak kapan mau datang lagi?"
"Saya akan kembali tahun depan untuk memperbaiki beberapa baut yang longgar" kemudian bapak itu memberi tips agar jemuran yang sudah kembali berfungsi ini tetap awet sampai tahun depan.

Saya melihat ada komitmen atau janji layanan, layanan purna jual dan tips agar barang itu awet.

Kalau barang ini cepat rusak bukan kah itu lebih menguntungkan bagi bapak ini?. Katakanlah hasil kerjanya hanya bisa bertahan selama 3 bulan, lalu dia datang lagi kesini untuk memperbaiki kembali, bukan kah dia akan dapat uang lagi? seperti jasa-jasa servis "anu" yang hampir tiap bulan datang untuk memperbaiki masalah yang sama tanpa ada solusi jangka panjang 😁

Bapak itu menjamin hasil kerjanya akan awet selama 1 tahun, dan kelak ia akan datang hanya untuk mengencangkan baut-baut yang mungkin kendor atau rusak. Sebuah janji layanan purna jual yang menyampaikan pesan betapa ia menjaga kualitas pekerjaannya (yang hanya benerin jemuran). Sampai saat ini sudah 5 bulan berjalan dan alhamdulillah jemuran itu masih kokoh. Yang menarik adalah baut-baut yang ia gunakan, campuran baut dengan plastik yang jelas bukan hasil pabrikan. Bisa jadi baut-baut itu bukan produksinya tapi baut-baut itu jelas tidak tercipta secara instant. Jemuran portable ini intinya yah di baut-baut yang menghubungkan berbagai bagian jemuran.

Sebagai perantau ada sebuah totalitas mengerjakan pekerjaan yang mungkin bagi saya adalah pekerjaan sepele, memperbaiki jemuran? Profesi macam apa pula itu? Tapi bagi seorang perantau (biasa juga disebut tenaga kerja pendatang) mungkin itu adalah sebuah pengabdian. Pantas saja ada sebuah "pemahaman umum" yang percaya bahwa etos kerja (attitude) para perantau tidak bisa disamakan dengan yang tidak merantau (biasa disebut tenaga kerja lokal atau istilah putra daerah). Pemahaman seperti itu sedikit banyak akan menjadi pertimbangan pihak HRD di pabrik atau pun kantor, sehingga membuat putra daerah kesulitan mendapat kesempatan kerja walaupun mungkin memiliki keahlian yang setara.

Seorang teman update status media sosialnya yang intinya berisi "Attitude tidak penting? Sumpe lu?". Untuk jenis pekerjaan tertentu mungkin attitude tidak penting :) tapi yang saya lihat justru attitude/sikap/kepribadian ini sangat penting, ia akan menjadi faktor pembeda dari layanan jasa sejenis. Sekian banyak warung makan, yang relatif sama jualannya, namun dengan pengalaman pembeli beberapa warung yang memiliki layanan yang lebih ramah, cepat dan tanggap akan memiliki nilai lebih dibanding pesaingnya.

Dari apa yang saya baca, attitude atau yang saya artikan sebagai sikap terkait dengan kecerdasan emosional, orang yang baik sikapnya adalah orang yang memiliki kecerdasan emosional baik. Ada pula saya pernah membaca bahwa banyak orang cerdas dengan IQ tinggi namun tidak berhasil dalam kehidupan karena tidak memiliki level kecerdasan emosional yang baik. Attitudenya buruk sehingga sulit beradaptasi dan cepat menyerah.

Saya yakin tidak semua putra daerah atau tenaga kerja lokal memiliki attitude yang seperti dipercaya umum itu, itu juga lah mungkin gunanya test psikologi dan wawancara, untuk menilai sikap dll dari seorang calon pegawai, jelas ini bukan soal putra daerah atau bukan yah.

Yang saya ingin garis bawahi adalah masih banyaknya pertanyaan "mengapa putra daerah sulit mendapat pekerjaan di daerahnya?".

Saya belum tahu juga sebanyak apa, bagaimana prosentase dan seperti apa data kongkritnya. Jangan-jangan itu juga hanya sebuah pemahaman umum atau rumor yang belum terverifikasi kebenarannya.

Buat saya sendiri sih lebih percaya bahwa sebelum menerima seorang pegawai maka pabrik atau kantor akan mempertimbangkan banyak hal terkait kemampuan (skill), baik itu soft skill atau hard skill, attitude atau sikap dan etos kerja ini menurut saya masuk dalam soft skill, dan sepertinya ini yang kurang diperhatikan oleh para pelamar kerja karena hal seperti ini tidak dapat dilihat di lembar ijasah ataupun sertifikat tertulis :)

gak tau kalau kamu punya pendapat lain, silahkan saja sampaikan di form komentar :)


*Efek minum kopi, jam segini malah ngoceh*

9 komentar

  1. Mantap :D
    1. Lets rock n roll :)
  2. Ajibs dach
    1. Ajib, kopi mana kopi :D
  3. Baru tahu ada profesi ini. Hebat mereka kepikiran untuk memberi jasa servis benerin jemuran. Pake jaminan mutu pula.
    1. Keadaan kadang membuat orang jadi kreatif :) the power of kepepet hehehe
  4. Bisa minta no hp tkng servicenya
  5. Bisa minta no hp tkng service jemurannya..bos..
    1. Gak nyimpen gan, kapan2 saya mintain deh kalau ketemu lagi :) alhamdulillah sampe sekarang jemurannya awet
No Spam, Please.