Mengintip Banjir di #Muaragembong 26/1/2014

Di dataran rendah seperti daerah muara sungai, pantai yang landai mungkin butuh waktu yang cukup lama untuk mengatakan bajir telah berlalu.
Banjir telah berlalu, air telah surut, yah dibeberapa tempat dataran yang lumayan tinggi banjir telah lewat atau hanya surut, namun banjir bukan menguap hilang begitu saja kawan. Di dataran rendah seperti daerah muara sungai, pantai yang landai mungkin butuh waktu yang cukup lama untuk mengatakan bajir telah berlalu.

Minggu 26 Januari 2014 saya berkesempatan ikut Bakti Sosial tanda cinta lintas komunitas  untuk masyarakat bekasi. Berbagai komunitas bergabung disana: Komunitas Tangan Di Atas (TDA) Bekasi, White Car Community, Jawara, Ikatan Keluarga Alumni SMAN 1 Bekasi, Siswa-siswi SMK 1 Cibitung, Komunitas Emak-emak Blogger, Sahabat Dakwah, STAN 93 Community, TamanHatiQu, Warga Jati Bening Estate, Suzuki Jeep Indonesia, Ibu-ibu Arisan SDIT Tugasku, WomanPrenuer Community, Otomotif L, Sarci Peduli Bencana, Mayora, Belang Blentong dan lain-lain yang saya kurang jelas infonya.

TANDA CINTA LINTAS KOMUNITAS

Baksos hari Minggu 26 Januari 2014 untuk korban banjir Bekasi ini dibagi menjadi 4 kelompok/grup, saya ikut grup 1 dengan tujuan Kampung Pengalengan, Desa Jaya Sakti, Kecamatan Muara Gembong. Dari Sasak Kuning Kali Kramat kami menggunakan rakit (perahu karet) pinjaman dari El Haqi Adventure http://raftingpangalengan.com/ yang ditarik perahu tempel melalui Sungai Ciherang. Sedangkan paket bantuan untuk warga pengalengan di muat di perahu.

(klik gambar untuk memperbesar)

Setelah keluar dari Sungai Ciherang kami melintasi perairan yang sangat luas, apakah itu danau? bukan, itu sedianya adalah sawah dan rawa-rawa. Banjir menggenangi dan meratakan sawah, rawa menjadi danau. Warga sekitar menyatakan bahwa seumur hidup, ini adalah banjir yang paling parah ia rasakan, entah tahun depan akan seperti apa.

Sawah yang menjadi danau

(klik gambar untuk memperbesar)
Tim melanjutkan agenda mengantar bantuan, dengan dipandu seorang guru setempat tim berkesempatan mengantarkan langsung ke rumah-rumah yang masih di huni, sebagian rumah kosong karena penghuni masih mengungsi, menurut beliau total sudah 20 hari lebih banjir menggenangi kampungnya.


Sotoy mengenai Banjir
Sungai Ciherang sendiri berasal dari arti kata Ci = air dan Herang = jernih menjadi kontras karena air yang berasal dari Kali Bekasi dan Kali CBL ini walaupun berwarna kecoklatan, menurut warga jika musim kering akan berwarna hitam karena limbah dan berbau. Menurut berita ini Sungai Ciherang itu adalah sungai yang menampung air dari sekitar 6 anak sungai.

Wilayah Desa Jaya Sakti sendiri terhimpit antara 2 sungai yaitu Sungai Ciherang dan Sungai Citarum. Meluapnya 2 sungai besar ini memang penyebab utama banjir di Desa Jaya Sakti, banyak hal yang menyebabkan kedua sungai tersebut meluap, karena lambat atau terhambatnya aliran sungai menuju laut, sungai yang mendangkal, banyaknya empang dan tambak yang memanfaatkan badan sungai sehingga menghambat arus dan lain sebagainya.

Kabar terakhir saat saya menullis postingan ini adalah rencana pembebasan tanah seluas 100 hektar di Kecamatan Muara Gembong untuk di jadikan waduk yang menurut Wakil Bupati akan terlaksana pada tahun 2018, masih ada 3 tahun yang mungkin akan menjadi mimpi buruk bagi Kabupaten Bekasi khususnya warga Bekasi yang dekat dengan wilayah pesisir.

Dilain pihak mengingat rencana pembuatan waduk ini datangnya dari Kementrian PU, maka dengan analisa saya yang dangkal saya menilai Pemkab Bekasi tidak punya visi mengenai pembangunan daerah pesisir, khususnya Muara Gembong. Yah kesimpulan yang asal-asalan ini tentu saja boleh didebat dan sangat tidak valid untuk dipercaya :)

Perlu diketahui bahwa Sungai Citarum saat ini sudah memiliki 3 waduk, Waduk Jatiluhur, Waduk Saguling dan Waduk Cirata, dengan adanya Waduk di Muara Gembong maka Citarum menjadi sungai yang memiliki 4 waduk. Namun kita lihat saja nanti setelah pembangunan waduk, apa banjir di Bekasi akan hilang? :)

BTW kalau waduk sudah jadi, bagaimana nasib Lutung Jawa yang berhabitat di hutan mangrove Muara Gembong? Sekarang saja sejak hutan mangrove perlahan berubah menjadi empang dan tambak para Lutung semakin langka, banjir rob juga sudah sering mendatangi Muara Gembong.
Akankah waduk yang semula diagendakan 100 hektar akan meluas? akankah akan semakin banyak desa di Muara Gembong yang akan hilang?, sebagian menjadi waduk, sebagian menjadi bagian dari laut karena abrasi dlsb. Sementara di tempat lain di Bekasi dan sekitarnya, pembangunan perumahan, mall, pabrik dan lain-lain tidak berhenti berdiri mengalihfungsikan sawah, situ dan lahan resapan air lainnya.

Salahkah saya jika berkesimpulan, semakin banyak pembangunan yang mengalihfungsikan lahan resapan air (perumahan, mall, pabrik dlsb) yang di bangun di Bekasi, maka akan semakin banyak pula dusun dan desa di wilayah pesisir Bekasi yang akan hilang?

Semoga saya salah :)

Foto selengkapnya sila kunjungi: Album Facebook Tanda Cinta Lintas Komunitas
Mengenai topik ini halaman berikut ini bagus utk dikunjungi:

2 komentar

  1. kalo saja setengah dari pejabat di negeri ini bersedia seperti relawan - relawan diatas, mungkin banjir bukanlah bencana nasional... tetapi gathering nasional...
    1. :) gathering basah-basahan
No Spam, Please.