walau hanya...
... dalam tulisan
... dengan tulisan
kita, yah aku dan kamu
saling memaknai
Aku tidak punya musuh ya Tuhan
Jikapun aku harus berdebat dengan musuh
Ku pinta agar kekuatan kami seimbang
agar kebenaran jualah yang akan menang
Aku tak punya kekasih ya Tuhan
Jikapun aku harus mencintai seseorang
Ku pinta agar ia tidak hidup di masa hidupku
agar Cintaku tak pernah usai
Aku yang pendiam dan pemurung, pernah mengenal seorang yang pandai bergaul, selalu riang dan pandai bicara, namun ia hilang dalam pengembaraannya mencari cinta, dan dalam usahanya menundukan kerasnya kehidupan.
Syukurlah ia telah hilang, badan ini tak cukup luas buat kami berdua.
Saat ia kembali, ia asing terhadapku, begitupun aku.
Ah betapa jauhnya hari kemarin, betapa dekatnya hari esok.
Betapa cepat waktu berlalu, bagaimana mungkin kita dapat bertemu kembali di waktu yang sama?
Kulihat betapa banyak bekas luka di matamu.
Ceritakan padaku wahai sahabat tentang duka yang selalu menghantui langkahku?
Menggigil jiwaku menerima tatapan tajam dari sorot mata yang sangat kukenali.
"Duka...? aku tak mengenalnya". Jawabmu lantang.
Aku hanya tahu, bahwa duka adalah suka yang terasing dan tak dikenali di hati, karena hati kita hanya kenal dengan yang kita damba, yang kita mau.
Di lain waktu, duka adalah kemasan paling bagus untuk menyampaikan hadiah berupa hikmah dan permata pemahaman surgawi, tak akan terbuka kemasan itu, kecuali dengan pisau kearifan dan kunci kesabaran.
Aku diam....
Ah kau memang asing bagiku
Kata-katamupun seperti bahasa asing
dapat kudengar namun tidak dapat kupahami
masih banyak kata yang ia sampaikan
namun tak ada satupun maknanya yang dapat kupahami
.......