62 tahun mengeja

Kemarau mulai melahirkan kekeringan di berbagai pelosok desa. Sawah meradang krn tanah mulai merekah kering, padi-padi terpaksa dipanen sebelum waktunya. Pertengkaran dan keributan untuk memperebutkan aliran irigasi hanya tinggal menunggu waktu. Di sisi lain, sebuah cabang perusahaan air minum dalam kemasan menyedot rakus mata air dan air tanah, menyisakan sumur-sumur penduduk yang semakin kering.
62 tahun mengeja merdeka

Hari jumat, 17 agustus.... 
62 tahun Indonesia merdeka

Dumelan dan gerundelan gue seharusnya larut dalam gegap gempitanya kumandang lagu Indonesia Raya. 

Kemarau mulai melahirkan kekeringan di berbagai pelosok desa. Sawah meradang krn tanah mulai merekah kering, padi-padi terpaksa dipanen sebelum waktunya. 

Pertengkaran dan keributan untuk memperebutkan aliran irigasi hanya tinggal menunggu waktu.

Di sisi lain, sebuah cabang perusahaan air minum dalam kemasan menyedot rakus mata air dan air tanah, menyisakan sumur-sumur penduduk yang semakin kering.

Dari setiap teguk air minum kemasan yang kita minum, dengarlah kisah tangis di sekitar mata air dari mana air itu berasal.

Mungkin 10 tahun atau jauh ke depan, saat air bersih sudah sangat sulit didapat, dan saat mata air di setiap penjuru negeri sudah menjadi milik perorangan, kita akan merasakan kembali tahun-tahun sulit yang melahirkan 17 Agustus 1945 dalam versi lain.

Situasi serba susah yg menggalang rasa kebersamaan untuk merdeka, melepaskan belenggu dari penjajah.

Dan saya khawatir, jika kata "penjajah" itu justru ditujukan untuk Indonesia.

Saat masyarakat semakin paham bahwa kesengsaraan mereka bukan karena kemalasan dan kebodohan, namun karena tirani yg serakah...

Saat setiap anak yg lahir telah diwarisi hutang yg tak pernah ia nikmati....

Saat hukum hanya berlaku bagi siapa yg tak punya daya dan kuasa....

Duhai ibu pertiwi...
Duhai bunda negeri...

62 tahun, belumkah cukup kita mengenal derita dalam mengeja kata....

M.. 
E... 
R... 
D.... 
E... 
K... 
A... 

 .....???


Komentar: 6                             

maryo   Jumat, 17 Agustus 2007 @ 13:52 WIB   
mas merdeka.... udah gak mengeja lagi udah tua....

yulianbjm   Jumat, 17 Agustus 2007 @ 15:44 WIB 
belum cukup kita menegenal derita, sudah kalee, bahkan selalu merasakannya....
tulisan diatas bisa ditambah dengan keresahan hati seorang iwan fals sbb:
ibuku, darahku, tanah airku,
tak rela kulihat kau seperti itu..
ada apakah.....
wajahmu seperti menyimpan duka
padehal kursimu dilapisi beludru
ada apakah....
sebuah potret ketidak jelasan negeri ini, meskipun sebetulnya negeri kita kaya raya..

bisot   Jumat, 17 Agustus 2007 @ 20:39 WIB
aha.. kebaya merah! sebuah lg yg cukup mengharubirukan nasionalisme gw. apa kita amnesia yah mas, penderitaan sdh cukup tp suka lupa. btw... merdeka bung!

bisot   Jumat, 17 Agustus 2007 @ 20:40 WIB
aha.. kebaya merah! sebuah lg yg cukup mengharubirukan nasionalisme gw. apa kita amnesia yah mas, penderitaan sdh cukup tp suka lupa. btw... merdeka bung!

jalmi_tunggara   Rabu, 22 Agustus 2007 @ 08:39 WIB  
halo...bisot, aku setuju dengan apa yg kamu posting di atas, cuma penjajah sekarang adalah menggeroti mental rakyat dan bangsa ini tiada lain adalah neo imperalisme inilah penjajahan di alam modern paska penjajahan fisik dan enjajahan model ini jauh lebih dahsyat dampak negatifnya bagi rakyak dan bangsa kita..aku khawatir ada ideologi tersembunyi yang akan membenuh ideologi islam..maka bangkitlah islam..

lim_dan_lim   Kamis, 23 Agustus 2007 @ 11:31 WIB 
waa..... dalem bangets. perasaan gw campur aduk... 

hen   Jumat, 24 Agustus 2007 @ 11:42 WIB  
om icooootttt... kemanakah gerangan dirimu????

bisot   Jumat, 24 Agustus 2007 @ 19:42 WIB                                 
ada.. cuma lg pusing wkkkk

indian   Selasa, 28 Agustus 2007 @ 10:56 WIB 
om... tujuh belasannya udah selesai...



Posting Komentar

No Spam, Please.