Kekayaan Di Dunia Hanya Senilai Setengah Gelas Air Putih

"Aku tak dapat membantumu banyak, aku hanya punya segelas air minum, ini sangat berharga bagiku, jika kuberikan setengahnya padamu, berapa harga yang akan kau berikan?". Ia teringat beberapa hari lalu segala perbekalannya telah habis, dan setelah sekian hari tersesat dalam kembaranya, baru kali ini ia mendengar suara manusia lagi. "Aku serahkan setengah dari seluruh harta kekayaanku di dunia ini untuk setengah gelas air minummu, apakah cukup?" bisiknya hampir tak terdengar.
Kekayaan Di Dunia Hanya Senilai Setengah Gelas Air Putih

Saya pernah membaca cerita fiksi tentang setengah gelas air putih yang senilai dengan seluruh harta kekayaan seorang bangsawan yang kaya raya.

Saya lupa membacanya di buku apa, tapi saya masih ingat garis besar ceritanya. Sekarang saya coba menceritakannya kembali sesuai imajinasi dan semampu saya, bagi yang pernah membaca cerita ini mohon berkenan memberitahu saya cerita ini ada di buku apa dan siapa pengarangnya. :)

Terima kasih.
-----
Konon di sebuah kota kecil pinggir padang pasir, seorang tokoh terpandang di kota itu sakit keras, telah banyak tabib yang mencoba mengobati penyakit itu, namun belum ada satu tabib pun yang bisa menyembuhkan penyakitnya.

Dari beberapa tabib yang sudah menanganinya, tersiar kabar bahwa pihak keluarga bangsawan kini mencari seorang tabib sakti pengembara yang kadang mampir ke kota dan mengajarkan para tabib tentang bagaimana menyembuhkan berbagai penyakit yang sering menyerang penduduk kota yang kini berduka akan sakitnya sang bangsawan.

Hanya guru para tabib inilah yang berkemungkinan dapat menyembuhkan penyakit aneh sang bangsawan. Dialah harapan terakhir penduduk kota ini untuk menyelamatkan sang bangsawan dermawan yang selalu hadir dalam setiap kesulitan warga yang kurang berpunya.

Setiap warga kota tahu, siapapun yang bertemu dan membawa sang tabib sakti ke rumah sang tokoh akan mendapatkan imbalan yang cukup besar dari keluarga bangsawan yang dermawan itu.

Sekian lama waktu berlalu, doa dan harapan untuk kesembuhan sang bangsawan mengisi setiap sudut kota. Hingga pada suatu malam, sang tabib pengembara muncul di rumah sang tokoh tanpa ada yang mengantar.

"Salam. Aku tidak dapat membantu banyak, penyakitnya ini disebabkan oleh setengah gelas air yang tidak dapat keluar dari tubuhnya. Apa yang akan kalian berikan padaku jika aku mampu mengeluarkan setengah gelas air itu dari tubuhnya?", tanya sang tabib.

Setelah rembug, keluarga bersepakat akan memberi imbalan sebanyak setengah dari seluruh kekayaan keluarga itu.

"Baiklah, aku terima. Aku akan mengobati penyakitnya" jawab sang tabib tersenyum. Sang tabib pun mulai memeriksa dan membuat obat-obatan. Sang tabib menangani sang bangsawan dengan cermat dan cekatan. Saat sang bangsawan sadar dan merasakan tubuhnya sehat kembali ia segera mengenali si tabib sakti. Ia bersimpuh mengucapkan terima kasih dan syukur.

"Keluargamu memintaku menyembuhkanmu dengan imbalan setengah dari seluruh kekayaanmu, bagaimana menurutmu?", Tanya sang tabib.

Sang bangsawan bangun dari simpuhan dan memandangi seluruh keluarganya yang berkumpul, masih dengan rasa syukur sang bangsawan mengangguk memberi isyarat persetujuan akan keputusan keluarganya.

"Aku tak mungkin memiliki semua harta kekayaanmu, bagaimana kalau aku titipkan untuk dikelola oleh keluarga ini untuk kemaslahatan warga kota ini, jaminlah bahwa tidak ada yatim piatu yang terlantar, tidak ada orang miskin dan para orang tua papa yang tertinggal, gunakan harta ini untuk mendidik yang muda dan modal bagi yang siap bekerja, seperti yang telah kalian lakukan selama ini" ucap sang tabib sambil memegang pundak sang bangsawan.

"Baiklah, selesai sudah tugasku di sini, aku pamit, semoga tidak ada lagi keperluan yang akan membuatku hadir kembali di sini. Ceritakanlah pada mereka bahwa kita telah bertemu sebelumnya. Agar mereka tahu mengapa selama ini engkau begitu dermawan kepada fakir miskin di kota ini. Salam", pamit sang tabib sambil pergi meninggalkan keluarga itu dengan meninggalkan setengah gelas air putih yang setara dengan seluruh kekayaan mereka.


Ceritakanlah pada mereka bahwa kita telah bertemu sebelumnya.

Sepeninggal sang tabib si bangsawan bercerita pada keluarganya dan mengingatkan agar cerita ini terus diceritakan kepada anak cucu mereka agar mereka dapat mengambil hikmah dan mengetahui perannya dalam masyarakat.

Lama saat kota ini masih berupa dusun kecil di pinggir padang pasir tandus, ada seorang pengembara yang tersesat dan hampir menemui ajalnya di padang pasir.

Di ujung rasa putus asa tersesat sendirian di padang pasir tandus yang panas terik. Seorang pengembara terseok-seok hingga akhirnya jatuh terkapar, dengan sisa tenaga melawan lelah dahaga, sebelum akhirnya pingsan ia sempat berbisik. 

"Ya penguasa padang tandus, mambang tanah mambang batu dan segala mambang, selamatkanlah aku yang lemah ini".

Dalam sisa-sisa kesadaran, tanpa mampu melihat siapa yang ada di hadapannya, ia mendengar suara.

"Aku tak dapat membantumu banyak, aku hanya punya segelas air minum, ini sangat berharga bagiku, jika kuberikan setengahnya padamu, berapa harga yang akan kau berikan?".

Ia teringat beberapa hari lalu segala perbekalannya telah habis, dan setelah sekian hari tersesat dalam kembaranya, baru kali ini ia mendengar suara manusia lagi.

"Aku serahkan setengah dari seluruh harta kekayaanku di dunia ini untuk setengah gelas air minum mu, apakah cukup?" bisiknya hampir tak terdengar.

"Baiklah, aku percaya padamu, tidak ada kata lain saat ajal menjelang selain kejujuran. Atas kemurahan hatimu aku akan tunjukkan jalan pintas menuju pemukiman terdekat" balas orang itu sambil mendudukkan dan memberi minum pada sang kembara yang putus asa. Sang pengembara memandangi wajah teduh sang dewa penyelamat yang telah menolongnya.

"Aku hanya seorang pengembara sama seperti kamu, aku tidak butuh setengah harta kekayaanmu, manfaatkanlah untuk keperluanmu, gunakanlah untuk memenuhi kebutuhan hidupmu, jika ada kelebihan, berikanlah seperlunya bagi yang membutuhkan, jika Allah mengizinkan, kelak kita akan bertemu lagi untuk mengingatkanmu akan hari ini, salam" pesan si pengembara penyelamat sebelum ia pergi entah ke mana. []

Pluit, Jumat 11 Agustus 2017.

Posting Komentar

No Spam, Please.