Soal Politik Uang dan Transparansi Anggaran

Mari kita berandai-andai sebagai pedagang yang murni cuma mikirin untung/rugi doang. Saya sebagai pedagang cuma punya 3 masalah: Modal, Pasar, Hasil (Untung/Rugi), itu doang 3!.

Pedagangnya bisa pedagang beneran atau politikus yang pake duit buat beli suara, orang-orang bilangnya "politik uang".

Soal Politik Uang dan Transparansi Anggaran

Modal itu apaan aja yak?
Modal itu segala bentuk barang dan usaha yang dipakai. Itu udah termasuk gajih atau upah buat ngegajih pegawai saya. Pegawai saya gak ada artinya, yang saya perluin dan pakai cuma keahliannya, tenaga dan waktunya, itu yang saya beli pake upah atau gajih.

Pasar itu tempat saya ketemu sama pembeli, bentuknya bisa warung, toko, pasar beneran atau dimanapun. Toko online sama pesbuk bisa juga masuk. Pokoknya dimana saya bisa jualan itu disebut pasar. Pasar itu juga udah termasuk orang yang membeli dan menggunakan jasa saya, orang-orang menyebutnya konsumen.

Untung/Rugi ini adalah hasilnya, sebagai pedagang yang taat pada ilmu dagang maka tujuan dagang cuma 1, yaitu sebanyak-banyaknya untung dan kalo gak bisa untung sebisa-bisanya balik modal, atau sekecil-kecilnya rugi.

Kalo dalam politik uang maka masyarakat punya 2 pilihan, menjadi PEGAWAI yang digajih dengan "amplop" supaya milih si anu pas pilkada 
ATAU 
menjadi PEMBELI yang punya hak memilih yang paling bagus, paling bermanfaat. Membayar atau membeli si calon dengan hak pilih, bukan sebaliknya malah dibayar buat milih si calon anu.

Itu kalo saya sebagai pedagang yah.

Bedain antara saya yang menjadi pembeli dengan dia yang dibeli dengan "amplop" serangan fajar atau apalah istilahnya.

Saya bisa memilih siapa calon yang saya suka, sesuai dengan kebutuhan, keyakinan dan kemauan saya. Kalau seandainya saya salah beli maka saya akan tagih hak saya bagaimanapun caranya, itu hak saya. Saya berhak juga menikmati hasil keuntungan kalau saya membelinya dari "koperasi" yang sehat. Saya juga punya hak buat tahu penggunaan dan meminta pertanggungjawaban atas anggaran Kabupaten Bekasi 2017 yang mencapai Rp.5.142.156.106.896 atau 5,1 Triliun rupiah, saya musti tau dipake untuk apa aja ini duit, dikemanain aja duit negara sebanyak itu.

Beda dengan dia yang menerima duit untuk memilih si anu, pake ijon atau dibayar pake selain duit atau lainnya. Dia gak punya hak untuk meminta, menuntut atau menikmati hasil pilkada mau sebagus ataupun sejelek apapun nantinya. Orang-orang seperti ini secara gak sadar udah ikut merusak demokrasi yang sehat dan menghalangi sebuah daerah untuk memiliki kepala daerah yang berkualitas.

Intinya, hak suara Anda mau dijual atau enggak, mau jadi "PEMBELI" atau jadi "BARANG YANG DIBELI" itu adalah sebuah pilihan yang akan menentukan nasib masa depan Kabupaten Bekasi yang kita cintai ini. Saya yakin Anda juga mencintai Kabupaten Bekasi ini.

Terakhir, jangan sampe gak milih, hak pilih itu berharga, buktinya ada yang mau beli kan? Maka gunain sebaik-baiknya untuk Kabupaten Bekasi.


Terima kasih kopinya :)

Posted om my facebook.

Posting Komentar

No Spam, Please.