Kisah Si penebang pohon

Bagi saya "mengasah gergaji" atau "mengasah kapak" adalah sebuah kebutuhan, mengenai waktunya terserah, saya pribadi lebih memilih saat subuh, kira2 jam 4-5. Yang saya butuhkan adalah sebuah suasana yang tenang untuk memeriksa agenda, schedule, janji dan tugas untuk hari itu. Memvisualisasikannya untuk memeriksa kesiapan saya dan apa yang akan saya lakukan, motif dan tujuan.
motivasi

"Kan Shu De Gu Shi"

Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.

Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu
yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.

Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan
memberikan pujian dengan tulus, "Hasil kerjamu sungguh luar biasa!
Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu."

Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil
dirobohkan. "Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku. Bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?" pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa.
Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.

Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, "Kapan terakhir kamu mengasah kapak?"

"Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu. Saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga," kata si penebang.

"Nah, di sinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apa pun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!" perintah sang majikan.

Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.

"Xiu Xi Bu Shi Zou Deng Yu Chang De Lu"

Istirahat bukan berarti berhenti.

"Er Shi Yao Zou Geng Chang De Lu"

Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi.

Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk,
sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru!

Sumber: Kisah Si Penebang Pohon oleh Andrie Wongso





-+-+-+-+ resonansi@yahoogroups.com +-+-+-+
Kisah Sukses, Kisah Nyata, Kisah Unik, Motivasi dan Inspirasi
--One Day One Posting--
No Attachment, No Spam, No Advertise
-+-+-+-+ Motivasi & Inspirasi +-+-+-+-+-+-+



Jika Anda pernah membaca buku 7 kebiasaan yang efektif oleh Steven R Covey, maka kisah di atas adalah salah satunya, dalam istilah Covey "Mengasah Gergaji".

Bagi saya "mengasah gergaji" atau "mengasah kapak" adalah sebuah kebutuhan, mengenai waktunya terserah, saya pribadi lebih memilih saat subuh, kira2 jam 4-5. Yang saya butuhkan adalah sebuah suasana yang tenang untuk memeriksa agenda, schedule, janji dan tugas untuk hari itu. Memvisualisasikannya untuk memeriksa kesiapan saya dan apa yang akan saya lakukan, motif dan tujuan.

Kapan saya membutuhkannya?
Jika mood saya sudah mulai tidak baik, segala sesuatu jadi tampak membosankan, rutinitas yang menjadi hampa akan nilai dan pembelajaran, stres karena overloaded.. dlsb.

saat itulah saya membutuhkan "recharge", terserah, mau yang bersifat religius, psikologis, romantis, melankolis dlsb, karena beberapa rekan saya me "recharge" semangat morilnya dengan berbagai cara, ada yang dengan memanjakan diri, dengan mendengar musik, membaca buku motifasi, nonton dlsb.

Just remember, work for live!!! not live for work

Bob Marley bilang:
Emancipate your self from mental slavery
coz, none but our self can free our mind

Kita bukan budak diri kita sendiri, apalagi pihak lain.
So.... met weekend, met recharge, met ngasah gergaji, ngasah kapak, ngasah pedang warisan nenek moyang jg gpp, inget lagu OAM-nya Bang Iwan Fal

thx for stay tune in jablay blog
We have the right to say "NO".. apaseh


luff u all...
and Again... Met Weekend!!!


PS: Kalo bahasa linggisnya ada yg salah, kasih tahu yak
(thx to Roseheart for the corection... luff U mom..)

Gambar dari: http://fsiap-unej.blogspot.com/2010/06/kan-shu-de-gu-shi.html

Posting Komentar

No Spam, Please.