~ bRoken soLilokui ~

Kita meratap-ratap untuk dibukakan gerbang itu, namun saat gerbang terbuka kita membencinya. Padahal gerbang itu selalu saja terbuka dan tak pernah tertutup, namun selalu saja kita membelakangi dan berbalik punggung untuk menghindarinya. Bagai katak dalam tempurung, itulah kita. Katak yang yakin bahwa kemerdekaan sudah dimilikinya. Memasuki gerbang itu hanya akan membelenggu kemerdekaan dan kebebasan.
=== Many a doctrine is like a gateway. We see truth through it but it divides us from truth. ===


Kenapa?
Apakah karena kita takut untuk melewati para penjaga gerbang?
Atau kita takut untuk masuk ke dalamnya?

Apakah karena kita terlalu sombong untuk mengakui sebuah kebenaran?
Terlalu kerdil untuk menerima kenyataan?
Jawab aku wahai saudaraku!

Kita meratap-ratap untuk dibukakan gerbang itu, namun saat gerbang terbuka kita membencinya. Padahal gerbang itu selalu saja terbuka dan tak pernah tertutup, namun selalu saja kita membelakangi dan berbalik punggung untuk menghindarinya.

Bagai katak dalam tempurung, itulah kita.
Katak yang yakin bahwa kemerdekaan sudah dimilikinya.
Memasuki gerbang itu hanya akan membelenggu kemerdekaan dan kebebasan.

Mari saudaraku, masukilah gerbang itu dengan keyakinan baru.
Bahwa dengan memasukinya, di sanalah kemerdekaan dan kebebasan kita yang sesungguhnya.
Betapa aku cinta dirimu dan takkan kutinggal hingga kita bersama merdeka.
Namun waktuku semakin sempit, terseok kupaksa melangkah menyeret belenggu di kaki.


Pergilah, bagiku di sinilah kebenaran itu, wahai nurani.
Bagiku kebenaranmu terlalu angkuh, sehingga tidak mau mendatangi kita, sehingga harus kita yang ke sana. Gerbangnya pun memiliki banyak penjaga, kenapa pula harus berpenjaga?
Pergilah, bagimu kebenaranmu, bagiku kebenaranku. 
Aku telah menemukannya di sini. 
Bukan cinta jika kau paksa aku ikut denganmu, cintalah namanya jika kita berpisah di sini menghayati masing-masing jalan kita, pergilah.


Saudaraku, bukan pula cinta namanya jika aku melihat lukamu dan tak menunjukkannya padamu.
Bukanlah cinta, jika aku meninggalkanmu dengan tetap terbelenggu...


Aku mohon diamlah kalian, kasihanilah diriku wahai jiwa dan nuraniku.
Wahai Sang Pemilik jiwa dan kiblat nurani, mohon kasihanilah diriku.
diriku mohon atas Nama-Mu yang Maha Pengasih, kasihanilah diriku yang lemah ini.


Wahai diri, salah jika kau anggap Dia Yang Maha Perkasa menciptakanmu dengan kelemahan.
Maha Sucilah Dia dari segala apa yang kau ucapkan.
mari kita memohon ampunan dan rahmat-Nya.


Kita semua seperti anak kecil saja, aku tak tahan untuk tertawa geli,
tertawalah bersamaku wahai diri dan nurani.


Saudaraku, justru saat ini aku ingin menangis, aku sangat sedih saat ini, menangislah bersamaku.

Tertawa dan menagislan kalian, tinggalkan aku sendiri, aku hanya ingin menyepi, aku benar-benar kesepian saat ini.


Posting Komentar

No Spam, Please.